Hello TemenAip ,

Kecap Benteng SH

Di zaman Now, orang biasanya mengasosiasikan perasaan cinta, dengan hubungan pacaran, suami istri, perselingkuhan, dll. Padahal bentuk cinta itu banyak sekali lho..

Salah satunya adalah Kecap..

Lho, kok Kecap ?

Dalam perjalanan saya bersama para blogger Kamadig ke Kota Tangerang beberapa waktu lalu, saya menyaksikan, merasakan sendiri pengalaman tersebut.

Bagaimana orang Tangerang begitu cinta dan bangga pada sebuah benda bernama Kecap Benteng SH , yang mengisi hari-hari mereka.

Kecap Benteng SH sendiri adalah bagian dari sejarah Kota Tangerang. Nama Benteng sendiri adalah tempat pembuatannya.

Dalam kunjungan itu, kami berkesempatan mengunjungi sebuah pabrik Kecap dengan merk SH. di daerah pasar lama Kota Tangerang. Kecap ini sudah ada sejak tahun 1920. SH adalah kepanjangan dari Siong Hin, nama pendiri dari  pabrik kecap ini. Secara perlahan tapi pasti Kecap SH menjadi merk ternama di Tangerang. Selama kunjungan, kami diterima oleh generasi ke 4 Kecap SH, yaitu Pak Dani. Kami bisa melihat  proses pembuatan kecap SH di pabriknya berkat rekomendasi dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata oleh Ibu Hj. R. Rina Hermaningsih, SH, MH. Karena tidak semua orang diperbolehkan mengunjungi pabrik ini.

Pabrik kecap

Di dalam pabrik kami melihat proses pembuatan Kecap, mulai dari . Pabrik ini sudah ada sejak 1920. Bangunan tua ini berfungsi sebagai pabrik, gudang dan juga tempat pemasaran.

Jadi saking cintanya warga Tangerang sama Kecap SH, mereka tidak perlu marketing, karena para agen bisa langsung datang dan membeli langsung ke tempatnya. Lalu diedarkan lagi di pasar-pasar, warung, dsb.  Sungguh sebuah keajaiban di bidang marketing. Aneka macam strategi marketing yang gencar tampak tak berlaku bagi Kecap SH.

Mendengar penjelasan Pak Dani

Bahan Kecap SH sendiri adalah Gula Kelapa, Kedelai Hitam, Ketumbar, Bunga Lawang dan Garam. Bahan baku kacang kedelai didatangkan dari daerah Purwokerto sementara Gula Kelapa didatangkan dari Jampang Sukabumi. yang menjadi kendala dalam produksi adalah kontrol kualitas dari bahan baku, karena pihak Kecap SH ingin produk yang dijual sama rasa dan kualitasnya seperti awal pembuatannya di tahun 1920.

Awalnya kecap, sebagai salah satu bumbu masak yang diproduksi rasanya asin. Tapi karena kebanyakan orang Tangerang suka rasa manis, maka ditambahkan Gula Kelapa. Sehingga rasa manis mendominasi rasa kecap.

Cara pembuatanya, Kedelai hitam direbus, lalu dijemur supaya terjadi fermentasi. Proses ini memakan waktu selama sebulan. Lalu direbus lagi untuk mendapatkan sari kacangnya. Setelah itu sari kacang dimasak dengan gula kelapa dan bumbu lainnya, sebelum dimasukan dalam kemasan. Dahulu, Kecap dimasak di dalam tungku api berbahan bakar kayu. Tapi seiring dengan sulitnya kayu bakar, kini kecap dimasak dalam mesin khusus yang modern. Setiap harinya mereka bisa memproduksi 300 lusinan Kecap untuk pasar Tangerang.Kecap SH bisa dikonsumsi selama 1 tahun sejak di produksi. 

Kecap Benteng SH dikemas dalam botol Rp. 19.000 dengan ukuran 620ML. Lalu ada  2 ukuran sachet , yang 620ML seharga Rp. 19.000 dan sachet ukuran kecil 17ML seharga Rp. 7.000. Dengan pengemasan yang lebih modern dan juga lebih higienis, sebenarnya Kecap ini berpotensi sebagai barang dagangan yang laris di tingkat nasional. Tapi Pak Dani bercerita kalau utama mereka adalah mempertahankan cita rasa, kualitas produk agar fokus perusahaan bisa bertahankan supaya bisa diteruskan pada generasi selanjutnya.

Rasa Kecap SH ini memanglah sedap. Mlekoh kalau kata saya mah. Manisnya pas sekali untuk mengiringi rasa aneka masakan Indonesia seperti Ketoprak, Gado-gado, nasi goreng, siomay, dll . Rasa makanannya jadi naik pangkat. Saking cintanya sama Kecap asli Tangerang ini, para penjual makanan tidak mau menggunakan merk lain untuk dagangannya. Karena rasanya akan beda.

Begitu pula dengan para pembelinya. Mereka akan protes apabila makanan yang dipesan tidak memakai Kecap SH. Rasanya beda. Tampaknya lidah mereka sudah terlatih membedakan mana rasa kecap SH, mana produk lain.

Rasa cinta terhadap rasa, membuat pasar Kecap SH terbentuk. Masyarakat pembelinya pun setia , selalu menggunakan produk ini.

Dan salutnya, kemanapun saya pergi, terutama di tempat makan, kecap yang tersedia adalah Kecap SH. Ini sudah menjadi bukti sendiri betapa masyarakat mencintai produk lokal ini. Kalau sudah cinta tak akan berpaling ke yang lain.

Sebenarnya kisah Kecap SH ini adalah kisah sukses bagaimana masyarakat mencintai produk lokal. Seharusnya bisa diterapkan di level nasional. Bagaimana seharusnya kita bisa mencintai produk lokal, dengan memakainya secara militan. Dan produsen pun seharusnya dengan setia memproduksi aneka produknya dengan quality control yang ketat, sehingga tidak ada lagi  alasan konsumen berpaling ke produk lain. 

Bersama Pak Latif, salah seorang pimpinan di Kecap SH

Kalau bukan kita yang mencintai produk dalam negeri, siapa lagi ? Hal ini bisa dilakukan. Sudah ada buktinya, Kecap SH dari Tangerang. Sebuah alasan, Karena Kecap itu Cinta.

28 comments

  1. Aku suka kecap sih emang, tapi kalo.makan bakso ato cilok pake kecap doang kok aneh ya. Minimal dikasih cabe la kecapnya…

    Aku blm pernah nyobain kecap ini. Kemaren rame di temlen… Padahal bbrp kali ke tangerang…

    Kalo liat marketing, udah kayak apple la ya. Gak perlu sampe berdarah2 promosinya, karena bakalan dicari orang krn kualitasnya…

  2. Jadi inget saat mampir ke pabrik kecap lama di Lasem juga. Distribusinya nggak sampai minimarket atau modern store gitu ya, mas?

    Btw itu ada bagian yang belum lengkap di bagian proses, mas 😀

    1. Kecap-kecap anti mainstream emang enak. Hahaha. Next time kalau kemana2 cek2 ah pakai Kecap apa

Comments are closed.