Hari terakhir Jelajah Gizi Semarang dimulai dengan sarapan sehat dan nikmat di Rooms.Inc Hotel. Setelah selesai check out, Rombongan Hore Jelajah Gizi Semarang berangkat ke Kampoeng Kopi Banaran, sebuah agro wisata perkebunan kopi seluas 462 hektar yang sebagian dijadikan resort dan tempat wisata. Lokasinya ada di Jalan Raya Semarang-Solo Km 35.

Kampoeng Kopi Banaran

Kita bisa menjelajah Kebun menggunakan kereta wisata, yang sebenarnya adalah jeep 4 wheel drive yang dimodifikasi. Soalnya medan yang ditempuh cukup menantang. Senang bisa melihat kebun kopi ini dari dekat. Kopi yang ditanam disini jenisnya Robusta, dan diproses di pabriknya sendiri di lokasi yang berbeda. Sistem pemeliharaan kopi ternyata dilakukan dengan cara memangkas kopi supaya tidak tumbuh terlalu tinggi. Karena apabila dipangkas secara berkala, karen apabila tumbuh ke samping bisa menghasilkan lebih banyak biji kopi. Butuh waktu 4-5 tahun untuk kopi supaya bisa berbuah. Pohon kopi di Banaran ini diregenerasi setiap 40 tahun, dan selama itu tetap disiangi dan diberi pupuk setiap bulan agar menghasilkan panen yang bagus setiap tahunnya. Panen biasanya di bulan Juni-Juli. Yang menarik di sepanjang jalan , di antara kebun kopi yang luas ada beberapa tulisan menarik seperti ” Minum Kopi Sebelum berolahraga membantu wanita membakar lemak 31 persen lebih banyak” lalu ada tulisan “Minum Kopi dapat menurunkan Risiko Penyakit Alzheimer” lumayan informatif deh.

Pemandangan di Resort Kampung Kopi Banaran keren banget deh. Dari kejauhan, kita bisa melihat pemandangan Rawapening yang tenang dengn latar belakang gunung Merbabu, Telomoyo dan Ungaran. Disana disediakan platform buat kita foto-foto. Bagusnya modelnya sederhana, ga warna warni pakai lope-lope, jadi fokusnya pada pemandangan saja. Makan siang kali itu juga Semarang banget, ada Bandeng Bumbu rujak (bumbunya meresap banget) ,Trancam yang pedas tapi bikin nagih, Ayam Goreng, Semur daging, ditutup dengan Es Klamud , es kelapa muda dengan gula merah yang menyegarkan. Makan siang yang mantap sekali.

Makan Siangnya mantap

Sempet juga nyobain Kopi Banaran, kopi robusta ini saya minum tanpa gula, untuk menyecap rasa sebenarnya. Kopinya cukup mantap, acidity nya terasa, maklum Robusta, tapi overall saya sih suka, makanya saya beli sebungkus buat oleh-oleh. Ternyata kopi hitam memiliki banyak manfaat. Kopi hitam bisa membantu menurunkan berat badan. Untuk para perempuan kalau  minum kopinya sebelum olahraga. proses pembakar lemaknya lebih cepat. Kebayang abis membaca tulisan ini para perempuan langsung pada minum kopi langsung ke Gym hahaha.

Menurut Profesor Ahmad,  Kopi memiliki antioksidan yang tinggi, bisa menyehatkan jantung, dan mencegah kanker. Kopi tanpa gula bagus banget untuk mencegah diabetes karena bisa menekan naiknya kadar gula darah. Bagi orang lanjut usia, minum kopi bisa mencegah kepikunan. Soal Kampoeng Kopi Banaran ini  Profesor Ahmad berpendapat  cara bercocok tanam di Kebun Banaran juga mempertimbangkan sustainable agriculture : prinsip kesehatan, ekologi, keadilan dan kepedulian. Selain kopi, di kebun Banaran juga ditanam pala dan kakao serta banyak ditemukan tanaman obat untuk sustainability food

Dari Kampung Kopi Banaran , Rombongan Jelajah Gizi Semarang berangkat ke Sam Poo Kong

Jelajah Gizi Semarang ke Sam Poo Kong. Foto rame-rame by Dadang Trillo I

Sam Poo Kong sendiri adalah kompleks peribadatan dan juga monumen yang menghormati Laksmana Cheng Ho. Disini ada empat kelenteng yaitu : Kelenteng Dewa Bumi, Kelenteng Juru Mudi, Kelenteng Sam Poo Tay Djien, dan Kelenteng Kyai Jangkar.

Kelenteng Dewa Bumi merupakan kelenteng untuk Dewa Bumi bagi penganut Kong Hu Cu dan Taoisme. Umat yang beribadah di Kelenteng Dewa Bumi ini biasanya mengucapkan terima kasih dan bersyukur kepada Dewa Bumi yang telah memberikan tanah yang subur, panen yang melimpah dan kekayaan bumi yang beraneka ragam,

Kelenteng Sam Poo Tay Djien adalah kelenteng yang paling besar. Ia memiliki sumur dengan sumber air yang tidak pernah habis dan Goa Sam Poo yang terletak tepat di bawah kelenteng ini adalah sebuah petilasan, yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok Cheng Ho yang beragama Islam.

Beberapa teman berangkat masuk ke dalam Kelenteng yang memang dikhususkan untuk peribadatan untuk mengikuti Chiamsi. Semacam dibaca peruntungannya. Saya sendiri sibuk foto-foto dan sempat melihat latihan barongsai, walaupun latihan tapi menghibur sekali. Genderang tetabuhan dan gerakan Liong benar-benar menghibur deh. Walau hujan sempat mengguyur tapi tetap senang mengunjungi Sam Poo Kong ini.

Belanja Oleh-oleh

Puas menelusuri Sam Poo Kong, Kami mengunjungi Bandeng Juwana – Erlina, di jalan Pandanaran No. 57. Disini adalah pusat oleh-oleh komplit khas Semarang. Bangunannya luas, dan mau oleh-oleh apa saja ada. Dari mulai aneka keripik, sampai yang khas Semarang banget. Bandeng Presto , Tahu Baxo dan Lumpia Semarang tentunya. Sempet beli oleh-oleh tambahan, karena oleh panitia kami sudah disediakan Tahu Baxo dan Lumpia Gang Lombok yang enak itu. Makasih Gaeess !! Disini sempat terpesona lihat diorama Bandeng istimewa sepanjang 81 cm dengan berat 7 Kg. Gedee banget ! Ditemukan pada tahun 1986 , diduga umurnya 3 tahun. Kebayang kalau dimasak bisa buat se-RT deh. hahahaa

Setelah acara berbelanja selesai kami pun menuju Bandara Ahmad Yani untuk siap-siap kembali ke Jakarta. Penerbangan bersama Citilink akan membawa kami semua kembali ke Jakarta.

Nggak berasa banget sudah 3 hari 2 malam menghabiskan waktu di Semarang. Rasanya seru sekali. Banyak sekali yang didapatkan. Yang paling berharga adalah pengalaman dan ilmu yang didapatkan. Saya merasa lebih “Kaya” jadinya. Terutama soal pangan berkelanjutan. Memang betul kita punya uang dan bisa membeli bahan pangan terserah kita , tapi sumber daya alam itu milik semua. Jangan mentang2 bisa beli, boleh menyia-nyiakannya. Kita harus lebih bijaksana dalam mengkonsumsi pangan.

Pengalaman mengikuti Jelajah Gizi ini adalah jalan-jalan kuliner yang luar biasa. Gak hanya kulineran saja , tapi belajar banyak soal kuliner Semarang, karena kami berjumpa dengan para pemilik kuliner dituju dan juga mendapatkan penjelasan soal gizi dan pangan berkelanjutan dari Prof Ahmad. Satu hal yang nempel banget adalah , konsep pangan berkelanjutan bisa dimulai dari diri kita sendiri. Mulailah mencari tahu asal pangan kita, baik ga buat kesehatan dan juga lingkungan ? Berbelanjalah dengan bijak, jangan berlebihan. Dan HABISKAN MAKANANMU. Duh ini simple banget kan, cuman orang suka cuek, Kayak di kondangan aja, orang suka ambil makan yang banyak, tapi ga dihabisin. Yuk kita tinggalkan budaya mubazir seperti itu. Ayo kita lebih bertanggung jawab dengan apa yang kita konsumsi demi keberlanjutan pangan dan kelestarian lingkungan. Terima kasih Nutricia Sarihusada, Inmark Digital , Interface Brand Activation, Smailing Tour, atas undangan dan pelaksanaan acaranya yang berlangsung sukses dan lancar.

Jelajah Gizi Semarang , Bukan Wisata Kuliner Biasa

Baca juga bagian pertama dan bagian kedua dari Jelajah Gizi Semarang kemarin ya TemenAip ! Sampai ketemu lagi di #Aiptrip berikutnya

17 comments

  1. Keren sekali dikau kang aip bisa terpilih ikut jelajah gizi 😀
    Anyway, panen-nya kopi ternyata butuh waktu lama juga ya 4-5 tahun..

    Cheers,
    Dee Rahma – heydeerahma.com

    1. Alhamdullillah rejeki, kepanggil, hehehe. Lumayan sebentar sih dibanding beberapa pohon lain yang baru bisa dipanen sampai belasan tahun

  2. Nahitu dia, semua harus dimulai dari diri sendiri, lalu secara perlahan kita tingkatakn keaktifan kita, cari tau asal makanan kita darimana kaan

  3. Cakep dah ini tempat2nya. Kopi Banaran kualitas ekspor peninggalan Belanda, melanglang buana ke Italia dan Amerika. Mungkin lebih dari itu. Indonesia hebat!

  4. Dapet info dari temen orang Pati, Bandeng Juawana katanya pengolahannya masih tradisional. Liat dapur di Mina Makmur di Tambak Rejo ktnya itu udah modern. Kmrn padahal di tempat oleh oleh banyak bandeng Juwana. Kykny butuh komparasi rasa lagi nih hahaha

    1. Taun lalu beli Bandeng di tempat beli oleh2 yang kita datangi itu, menurutku dari segi rasa masih lebih enak Bu Darmono. Terus harganya jauh lebih murah pula

  5. wah, Kopi Banaran menarik ya mas 😀
    belum pernah coba, penasaran haha
    makasih buat artikelnya mas, bisa jadi panduan pas ke Semarang lagi nih

Tinggalkan Balasan ke AriefBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.