Hello TemenAip apa kabar? Sepertinya udah pada tahu kalau sekarang saya lagi di Sawahlunto Sumatra Barat. Yaiyalah heboh banget di socmed hahhaa. Yang pasti Pesona Sawahlunto membuat saya terpukau. Seneng banget #Aiptrip kesini. Makanya nulis postingan ini juga di Sawahlunto biar gregetnya dapet

Perjalanan ke Sawahlunto amat menyenangkan. Dari Minangkabau International Airport ke Sawahlunto dibutuhkan waktu kurang lebih 3 jam. Di perjalanan sempet Makan Siang enak di RM Lamun Ombak yang makanannya otentik dan enak banget.

Di jalan pemandangan khas Sumatra, Bukit Dan Hutan bikin hati senang. Karena semua serba hijau. Apalagi pas lewat daerah Solok. Banyak sawah yang menghampar kayak permadani , kontras dengan Gunung dan langit. Pokoknya kayak lukisan-lukisan deh. Mana udaranya adem, Seger bener ga seperti di di Kota-kota besar yang udaranya sudah tercampur polusi. Jalanan mulus sehingga perjalanan tidak ada hambatan berarti. Paling rada berkelok-kelok, cuman ya disitu seninya jalan di Sumbar.

View di perjalanan

Memasuki Sawahlunto disambut hujan rintik-rintik. Lelah perjalanan seakan ikut terurai karena sudah lama tidak ketemu hujan. Kontur Sawahlunto yang dikelilingi Bukit hijau makin membuat hati senang.

View Malam Hari dari Parai City Garden Hotel

Kami menginap di Parai City Garden Hotel. Dulunya hotel ini rumah Dinas dokter Belanda yang bertugas di rumah sakit Perusahaannya Tambang Batubara Ombilin. Hotelnya kondisinya baik. Viewnya Kota Sawahlunto dengan perbukitan. Enaknya tiap pagi bisa melihat kabut turun dari perbukitan. Yang pasti nuansa Eropa di beberapa sudut kota ini kental banget. Kalau ga ada rumah gadangnya, mirip kayak di Eropa

Kantor PT Bukit Asam

Sawahlunto itu kota kecil yang menarik, ada banyak bangunan bekas Belanda yang masih dijaga dengan baik dan menjadi destinasi wisata yang menarik.

Sempat mencicipi Teh Talua , Teh dengan Telur bebek, susu yang gurih dan creamy

Puncak Cemara

Sawahlunto di malam hari

Kalau mau melihat Sawahlunto dari ketinggian silakan datang ke Puncak Cemara. Disini Kita bisa melihat pemandangan Kota Sawahlunto dari ketinggian. Kami datang malam-malam biar greget. Dingiin. Tapi seru melihat Sawahlunto yang bercahaya dipeluk kabut malam yang turun.

Mesjid Agung Nurul Islam


Mesjid di Sawahlunto ini menarik. Bangunannya dulu bekas PLTU yang berubah fungsi menjadi Mesjid pada tahun 1952 dengan menambah kubah setinggi 10 meter. Menaranya unik karena tinggi banget setinggi 75 meter ternyata bekas cerobong asap. Bangunannya luas. Dan disebelahnya ada panti asuhan.

Taman Silo

Ini adalah Silo. Tempat penyimpanan Batubara di masa lalu. Kini Silo ini menjadi daya tarik Wisata di Sawahlunto. Menjadi Taman dan juga arena panjat tebing. Harus yang udah mahir tentunya karena medannya cukup sulit. Disini juga ada Kalau tempat bermain anak. Nah kalau malam ada lampu warna-warni yang membuat Silo-Silo ini lebih keren.

Sawahlunto Kota Museum

Di Kota Sawahlunto banyak museum ! Mulai dari Museum Budaya yang terdiri dari 3 Museum yaitu Museum Tari, Museum Alat-Alat Musik, dan Museum Lukis & Etno Kayu. Dahulunya museum-museum ini adalah bekas rumah insinyur Tambang Batubara Ombilin. Sekarang beralih fungsi menjadi museum.

Museum Kereta Api dengan
Mak Itam, Lokomotif Legendaris

Replika Mak Itam


Sebagai #SahabatKAI kayaknya penasaran banget sama Kereta Api. Nah di Sawahlunto ada sebuah Museum Kereta Api yang dibuat di stasiunnya. Karena dulunya memang stasiun. Museum ini memamerkan koleksi peralatan yang digunakan saat jalur pengiriman Batubara dari Sawahlunto ke Teluk Bayur. Nah Mak Itam sendiri sedang dalam perbaikan , jadi gak jalan. Tapi senang melihat Mak Itam langsung. Mirip sama saudara-saudaranya di Ambarawa yang pernah saya lihat.

SIMFES 2018

Kehadiran Saya disini untuk menonton Sawahlunto International Music Festival 2018 yang diadakan pada tanggal 19-21 Oktober 2018. Menghadirkan musisi lokal dan Internasional. Festival ini merupakan salah  Satu dari 100 Wonderful Events of Indonesia. Di Sumbar hanya ada 3 lho. SIMFes diadakan di Lapangan Segitiga di depan Kantor PT Bukit Asam yang bersejarah. Nuansanya jadi seperti festival musik di Eropa deh. Kereeen. Tata panggungnya juga sudah level Internasional dengan lighting dan sound system yang mumpuni.

Pembukaan SIMFES


SIMFES 2018 dibuka dengan meriah oleh Walikota Sawahlunto, Deri Asta dan juga para pejabat lain. Beliau bangga SIMFES bisa jadi 100 Wonderful Events of Indonesia yang pastinya akan mendorong Pariwisata dan perekonomian Sawahlunto.

Saruang Balega

Sambutan masyarakat untuk acara ini juga meriah.  Ramai sekali yang menonton. Acara dibuka dengan Tarian Saruang Balega yang dimainkan anak-anak SD Sawahlunto diiringi musik tradisional yang dimix dengan musik EDM dengan vokalis wanita yang bersenandung haru biru… Tariannya sendiri enerjik banget, dengan aksen permainan anak-anak.

Penari Saruang Balega

Performer pertama adalah Allegro dari Sawahlunto. Mereka membawakan komposisi yang terinspirasi dari praktek Ilmu magic di Sumatra Barat yang dihimbau jangan dilakukan. Lagunya terasa lirih dengan suara saluang bercampur Biola

Pemain Biola Allegro

Manja dari Bali tampil membawakan lagu-lagu Sendiri. Mereka band yang keren ! Berasa inget band grunge 90-an dengan tambahan psychedelic yang mendayu-dayu. Musiknya bagus , percaya diri membawakan lagu sendiri

Vokalis Manja

Sawahlunto New Ensemble , musisi lokal Kota ini membawakan komposisi lagu yang terinspirasi Koto Nan Ampek, suatu tatacara berbicara dalam adat Minang yang mulai ditinggalkan masyarakat terutama Kaum muda

Sawahlunto New Ensemble
Sisir Tanah

Penampilan menarik datang dari sisir Tanah yang tampil solo akustikan. Musisi dari Jogja ini menyanyikan lagu balada penuh kritik sosial dengan penuh perasaan. Suaranya tegas sekaligus lembut menyampaikan pesan lagu

SIMFES 2018 Hari pertama ditutup oleh Leanna Rachel musisi dari America. Suara dan musiknya mengingatkan sedikit pada Norah Jones. Suaranya empuk sekali. Membawakan komposisi sendiri seperti Follow dan Dreams. Ternyata Leanna pintar berbahasa Indonesia. Selain itu juga piawai bermain Bass dan alat musik tradisional dari Afrika. Penampilannya memukau para penonton.

Nah segitu aja dulu cerita Aiptrip di Sawahlunto, Pesona Sawahlunto masih ada lanjutannya. Stay tuned !

9 comments

  1. Pas lohat gambar Silo, saya langsung bilang dalam hati, “pasti enak nih kalau bisa dipanjat.”
    Eh ternyata memang dijadikan arena untuk memanjat ya sesuai dengan tulisan kang aip.

  2. keren bgt ya mas.. liat suasana kota malam hari ada kabut-kabut tipis beterbangan gitu..
    ada rencana menghidupkan jalur rel kereta api jurusan sawahlunto ga ya

  3. Wah kampung halamanku, Ranah Minang. Sumbar memang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan banyak tempat2 yang bisa kita kunjungi dan kita explore, salah satu favorite yopi kota solok dan sawahlunto, udaranya adem dan nggk bising oleh kemacetan ya, bang! selain itu banyak rumah makan minang yang cita rasanya nggk pernah diragukan deh, heheh duh jadi ngiler nih kebayangkan udah lama nggk pulang hahahha. Sekarang Sumbar sudah semakin maju melihat perkembangan teknologi ranah minang semakin banyak turis2 domestik maupun mancanegara yang visit atau stay di minanng kabau. Yopi baru tau klo ada event musik sekeren itu di sawahlunto, jadi ingat event musik di jakarta jugaa heheh

  4. Envy sama babang satu ini. Bisa Diundang terus acara2 ketjeh. #sirikrandatakmampu hihi
    Aku belum pernah ke Sawahlunto. Baru nyampe Padang dan Bukittinggi. Sekarang jadi punya referensi tambahan deh.

Tinggalkan Balasan ke alrisblogBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.