Desa Torosiaje

Hello TemenAip ! Apa kabar ? Sudah pernah dengar soal Suku Bajo ? Mereka adalah suku Nomaden yang tinggal dan menggantungkan hidup di lautan. Menarik menyimak kehidupan mereka yang berbeda banget dengan orang kebanyakan. Nah salah satu konsentrasi orang Bajo ada di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, , Kabupaten Pohuwato , Provinsi Gorontalo. Desa ini berlokasi di Teluk Tomini yang membentang luas di Pulau Sulawesi. Yang unik di Desa Torosiaje, mereka akhirnya menetap di satu kampung, tapi kampungnya di atas laut !

Sejarah Torosiaje

Jackson Pakaya 

Beruntungnya pas kesana berjumpa dengan Ayah Jackson Pakaya yang merupakan Ketua Adat Suku Bajo. Beliau berkata kalau Torosiaje berasal dari kata “Toro” yang artinya Tanjung, pelafalan suku bugis adalah koro dan “Si Aje” berarti panggilan untuk Pak Haji. Beliau aslinya bernama Patta Sompa, dan merupakan warga pertama yang mendiami kampung suku bajo ini. Akhirnya disebut daerah Torosiaje oleh orang-orang yang mendarat di daerah ini.

Awalnya sedikit saja orang yang bermukim. Tapi lama-lama makin  yang membangun rumah disini. Bayangkan,  Pada tahun 1901 hanya ada 4 rumah saja yang dikelilingi oleh hutan mangrove. Sampai akhirnya hingga saat ini, rumah di kampung suku bajo semakin bertambah. Pembangunan rumah di kampung suku bajo mengikuti air yang dangkal agar kondisi tiang tetap kokoh dan bertahan lama. Kayu yang dipakai adalah Kayu Gopasa Batu yang tumbuh di pegunungan  daerah ini. Kayunya makin kuat kalau kena air sehingga awet dan bisa bertahan lama dibanding kayu yang lain.

Kampung Di Atas Lautan

Warung
tipikal rumah di Torosiaje

Orang Bajo di Desa Torosiaje mereka tinggal di atas lautan. Kalau dulu mereka tinggal di atas kapal-kapal kayu, disini mereka tinggal di atas rumah-rumah yang membentuk suatu Kampung. Tapi penataanya sudah rapi. Desa Torosiaje sudah dihubungkan oleh “jalan-jalan” terbuat dari kayu dengan kanopi biru yang melindungi dari terik matahari dan hujan. Jalan-jalan ini menghubungkan rumah-rumah yang ada disana. Kalau mau kesana kita harus menggunakan kapal kayu dari dermaga yang berjarak 600 meteran melewati hutang mangrove yang menyembunyikan tempat ini dari daratan. Dalam perjalanan kita akan lewat di bawah rumah-rumah Suku Bajo. Yang bikin senang adalah air laut di sekitar rumah-rumah cukup bersih. Di beberapa bagian kita bisa melihat sampai ke dasar, dimana ikan dan biota laut berkeliaran. Bikin sirik yaa. Bangun tidur langsung bisa lihat ikan. Mana airnya bening lagi.

Memotong ikan untuk pakan ikan

Kehidupan disini hampir sama dengan kita, yang membedakan adalah mereka tinggal di atas air. Di Desa Torosiaje selain rumah-rumah ada juga toko, mesjid, rumah makan, bahkan Lapangan Badminton pun ada. Untuk sekolah mulai dari PAUD, SD dan SMP sudah ada , kalau mau melanjutkan ke SMA harus pergi ke daratan,  bahkan lapangan badminton juga ada. Jalanannya pun bernama, yang beda adalah jalanan disini terbuat dari kayu. Menurut Sekdes Dedi Pakaya, rumah-rumah disini tidak bersertifikat.

anak Suku Bajo bermain d jalanan

Hanya saja orang suku Bajo ini sangat terkat dengan laut. Prinsip hidup mereka menyatu dengan laut.Mereka masih mencari nafkah sebagai nelayan seperti nenek moyangnya. Anak kecil sudah diajari berenang. Orang disana masih memegang teguh tata cara hidup cara lama walau kehidupan modern seperti listrik sudah dijalan. Sebenarnya dulu pemerintah pernah memindahkan mereka ke daratan, tapi tidak berhasil karena keterikatan mereka terhadap laut.


SD di Torosiaje

Pekerjaan mereka 95 % Nelayan , selebihnya berjualan, dll . Di Desa Torosiaje Suku Bajo adalah penduduk mayoritas, selebihnya ada 
Suku Bugis, Makassar, Gorontalo , Minahasa , Toraja, Mandar dan  Sangir.  Sebenarnya orang dari luar dilarang tinggal disini, kecuali menikahi suku Bajo.

Bertemu dengan orang Torosiaje , mereka cukup ramah. Walau ada yang malu-malu. Tapi kalau  disapa Tabik, mereka dengan segera menjawab dengan hangat. Ada satu yang takkan terlupa saat kami berburu sunset yang cantik sekali. Kami diperbolehkan nongkrong di dapur seorang Ibu, yang kami panggil Ibu Fakhrul. Beliau mengundang kami yang kebingungan mencari tempat melihat sunset. Dan memang di dapurnya adalah tempat terbaik melihat sunset sore itu.  memandang matahari terbenam. Ini adalah salah satu matahari terbenam tercantik yang pernah saya lihat.

Sunset Torosiaje 

Kalau di kampung kita biasanya memelihara ayam atau kambing di rumah, di Torosiaje, mereka memelihara ikan yang disimpan di dalam jala. Biasanyanya ikan yang memiliki nilai ekonomi seperti Ikan Bubarra. Diberi pakan setiap hari agar cepat besar. asik banget kalau butuh ikan tinggal Ciduk deh. yang terjadi pas kita makan setiap hari. Kalau perlu tinggal ambil di jala. Atau beli segar dari nelayan yang baru pulang melaut. Ikannya segar banget. Digoreng begitua saja sudah nikmat tiada tara. Pengalaman makan di Torosiaje mengesankan banget. Kalau kesana harus makan ikan ! 

Memelihara Bubarra depan rumah

Sewaktu di Trosiaje, saya dan teman-teman  menginap di sebuah cottage yang disewakan. Tempatnya agak di ujung kampung. Tapi menyenangkan sekali karena di bawah kamar kita bisa melihat laut. Duduk-duduk memandang “halaman” saja sudah happy. Tapi kalau mau main air secara maksimal, bisa menyewa perahu ke pulau eksotis terdekat tak berpenghuni. Namanya Pulau Torosiaje kecil. Waduh airnya bening banget. Pantainya bersih, dengan terumbu karang yang cukup sehat.





Santai di Halaman

Bagaimana cara ke Torosiaje

Bagaimana cara ke Torosiaje

Beningnya Torosiaje Kecil shot by Dian Juarsa

Untuk ke torosiaje kita bisa menggunakan pesawat terbang ke Gorontalo. Sebaiknya menggunakan penerbangan paling pagi, karena dari  Bandara Djalaludin Gorontalo ke desa Torosiaje membutuhkan waktu selama 7 jam menggunakan mobil sewaan. Sesampainya di depan gapura desa torosiaje. Kami masih harus menyebrangi hutan mangrove yang berdampingan dengan lautan  selama 15 menit menggunakan perahu yang selalu stand by disana. Jarak yang tak terlalu jauh dengan biaya kapal Rp. 5.000 pulang pergi (Harga per Mei 2017)

Main air di Torosiaje Kecil

Nah TemenAip, kalau mau pegipegi , mending pakai pegipegi.com untuk semua kebutuhan perjalanan. Di sana kita bisa memesan tiket pesawat, hotel, tiket kereta api. Yang pasti banyak promo menarik. Jangan khawatir kurang pilihan karena pegipegi.com sudah terkoneksi dengan 7000 hotel dan 30.000 penerbangan juga  rute kereta api. Jadi kalau merencankan perjalanan akan lebih mudah dan murah. Pastikan selalu cek promo di Pegipegi.com , karena akan lebih menguntungkan kita para traveler supaya dapat harga paling bagus kan ! Kalau mau lebih mudah lagi, download aplikasinya. Sudah ada di Playstore dan Appstore. Kalau sudah diupload tinggal digunakan deh untuk memenuhi semua kebutuhan travelling. User interface nya mudah. Dan sekali lagi, selalu check promo-nya, banyak penawaran menarik untuk pembelian tiket pesawat dan kereta api, juga harga spesial untuk pemesanan kamar hotel di destinasi lokal maupun internasional.

Jadi kapan mau ke Torosiaje Gorontalo nih ? Nyobain tinggal di Kampung di atas laut bersama Suku Bajo yang hidup menyatu dengan laut.

26 comments

  1. Pas banget buat yang pengen refreshing dari penatnya pekerjaan bisa langsung kesana hilang deh semua beban pikiran, udah keren, bersih lagi, pas banget dehhh

  2. Fasilitasnya lengkap juga ya, ada toko, mesjid, rumah makan. Tiap hari bisa makan ikan laut gratis ya. Boleh ni untuk dikunjungi.

  3. Wah…. Kang aip jalan-jalan ke banyak tempat nih. jujur, tempat ini menggoda. karena unik, lautnya juga asri, dan waktu di sore hari itu sangat WOW, hehehehe….. semangat kang aip #jejakbiru

  4. aku kalau liat air bening, apalagi yang keliatan dasarnya lengkap dengan ikan dan biota laut, hatiku udah klepek2 aja saking cintanya. Semoga suatu saat bisa tiba di Torosiaje dan ketemu Suku Bajo yang tinggal di sana dan main air sama anak-anak Bajo. Aamiin

  5. Ya ampun asik sekali jalan-jalannya
    Jadi kangen masa2 kuliah dulu, beberapa kali ada kegiatan yang berinteraksi langsung dengan suku Bajo. Menyenangkan berbaur dan belajar dari mereka yang sangat mencintai alam (laut)

    Paling seru memang duduk2 di dermaga atau teras rumah suku Bajo, langsung menyatu dengan laut

Tinggalkan Balasan ke Dian SafitriBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.