Birla Mandir

Hello Temen Aip ! Setelah membaca Bagian 1 #AiptripINdia, yuk kita lanjutkan ceritanya. Nah , keluar dari pesawat terbang, Kami disambut angin dingin. Ya, India sedang musim dingin saat kami mendarat di Terminal 3 Bandara Internasional Indira Gandhi. Tempertaturnya mirip-mirip di Puncak lah, Kami sampai jam 15.00 waktu India. Saya lihat bandaranya cukup modern, mirip terminal 3 Soekarno Hatta kalau dilihat sekilas.

Bis mengantar kami dari pesawat ke terminal. Orang-orang bergegas menuju Imigrasi, sementara Kami mampir dulu ke toilet. Toilet pria di bandara ini ditandai dengan gambar laki-laki India berpakaian tradisional, begitupula dengan toilet wanita. Kalau dengar cerita orang-orang sebelumnya, toilet di India cukup “seram” , pas masuk ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Toiletnya bersih kok aman.

Imigrasi dan E-Visa India

Segera Kami menuju antrian imigrasi. Ada antrian yang cukup panjang. Tapi saya lihat ada antrian lain di sebelah kanan yang agak lengang. Pas saya perhatikan ternyata antrian E-Visa. Yay !, Kami bertiga langsung menghadap imigrasi tanpa antri. Kertas print-an Email Granted E-Visa itu yang pertama diminta. Jadi TemenAip jangan lupa PRINT EMAIL GRANTED. Melihat itu, data biometric saya seperti scan foto dan jari-jari dilakukan, lalu paspor saya dicap Visa masuk India double entry selama 60 hari. Semuanya mudah sekali. Kedua orang tua saya juga tidak ada kendala di imigrasi. Ohiya, dimana-mana area imigrasi gak boleh foto-foto. Bisa jadi masalah kalau minta selfie ama pegawai Imigrasi India.

Seusai dari imigrasi, kami langsung disambut Toko-toko duty free yang blink-blink, terang sekali menjual aneka liquor.. wahahha.. meriah sekali. Setelah melalui aneka toko, kami sampai di area pengambilan bagasi. Tak menunggu lama, kami menemukan bagasi kami. Paket Data Telkomsel Roaming Asia-Australia langsung menyala, jadi langsung bisa eksis IG Story sama sedikit googling soal cuaca.

Keluar ruangan Terminal 3 , seorang lelaki berturban memegang kertas bertuliskan Ariefpokto , ternyata itu adalah driver yang dikirimkan oleh Discovery India by Car . Namanya Pritpal , menggantikan Sanjeev yang seharusnya menjadi supir kami karena sakit pencernaan. Kami lalu diajak menuju mobil di gedung parkir. Dan tampaklah mobil Toyota Innova , yang akan mengantarkan Kami 8 hari tour keliling India.

Mobilnya kelihatan prima, bersih , dan tampak familiar, karena di Indonesia juga banyak mobil seperti ini. Dan Pritpal sudah sediakan air mineral untuk kita konsumsi sepanjang perjalanan. Ibu Bapak saya terlihat senang dengan mobil ini, setidaknya nyaman dan lega untuk jalan-jalan #AiptripIndia . Saya perhatikan di India Innova lumayan populer karena lumayan banyak jumlahnya. Mulai dari type yang agak jadul, sampai model Krista yang terbaru. Cuman saya perhatikan Avanza, Xenia tidak hadir di negara ini. Kalau Fortuner ada.

Lalu Lintas New Delhi

Keluar area bandara yang cukup rapi , mobil kami memasuki jalanan yang saya lupa namanya dan langsung bunyi-bunyian yang akan sangat familiar Kami dengar selama keliling India berkumandang. Yaitu bunyi klakson bersahut-sahutan.

Sempat kaget juga, kali aja ada macet atau ada apa gitu. Ternyata emang orang disana kurang sabaran dan hobi mencet klakson. Lumayan Peer juga adaptasi dengan ini. Tapi dibawa seru saja.

Infra struktur di India gak kalah kok dengan negara lain, ada jalan layang, ada jalan tol.Yang menarik, New Delhi sudah punya Metro, yang menghubungkan daerah perkotaan. Termasuk dari bandara, kalau mau ngiri bisa naik metro ke tempat tujuan di kota. Tapi ya kita udah ada kendaraan, jadi gak sempat nyicipin naik Metro. Macetnya juga sama kayak di Jakarta. Cuman perasan agak lebih berdebu deh. Dan setelah dibaca-baca, New Delhi termasuk kota yang polusi udaranya tinggi. Kayaknya lebih parah dari Jakarta. Cuman karena musim dingin, efeknya agak beda sama pas musim panas.

Perjalanan dari Airport ke Hotel kami di New Delhi cukup terkendala macet. Di perjalanan Pritpal menjelaskan aneka daerah yang kami lewati, seperti daerah Karol Bagh , pusat penjualan HP , lalu ada kuil Hanuman, dengan patung Hanuman yang tingginya belasan meter, lalu tentang bagian-bagian lain dari New Delhi. Terus teran tidak semua omongannya masuk ke kuping saya, karena masih gak percaya. Kita lagi di India..heeey…udah sampai New Delhi Heeeyyy…..

Warna-warni kota ini juga cukup asing di mata saya, mungkin pengaruh debu atau apa, semua tampak jadi menarik difoto deh. Sepanjang jalan terlihat orang sibuk pulang kerja, ada yang naik  mobil, naik motor atau naik kendaraan umum sepert bus atau auto ( tuktuk alias Bajaj India).

Satu yang saya perhatikan di New Delhi orang miskinnya lumayan banyak ya. Ada yang tiduran di tepi jalan, padahal kalau malam dingin banget. Ada satu adegan lucu pas di perempatan jalan. Sekelompok anak jalanan mendadak menari dan menyanyi. Persis seperti di film India. Saking terpukau sampai lupa mengabadikannya. Sayang banget deh. Cuman memang dari blog, saran traveler yang pernah kesini kalau ketemu pengemis cuekin aja. Nanti dikerubutin lho !

Hotel Jyoti Mahal New Delhi

Saya pesan hotel ini secara online karena tertarik arsitektur Rajashtan-nya yang unik sekali. Dalam #AiptripIndia ini memang tidak memilih hotel “mainstram” yang bangunan dan interiornya standard international. Hotel ini letaknya di daerah Pagarhanj yang dekat dengan Grand Market. Kepikiran kan ibu saya suka pasar, jadi mau diajak jalan-jalan. Sesampainya di daerah Pagarhanj, Pritpal agak kesulitan mencari hotelnya, karena lokasinya ternyata ada di jalan kecil. Pas ketemu, daerahnya agak gimana gitu. Kumuhlah , ada yang jualan mepet ke jalan, ada kandang sapi, Yup Kandang sapi.berlapis terpal.  Cuman pas sampai depan hotel perasaan jadi lega karena hotelnya beneran kayak di gambar. Hahaha. Walaupun lingkungannya agak-agak. Kami memilih kamar di lantai paling bawah, supaya orang tua saya gak capai bolak-balik naik turun tangga.

Arsitektur hotel ini cantik sekali, berasa banget di India-nya. Kamar kami terdiri dari satu Queen bed dan sebuah single bed. Furniturenya jaman dulu, terbuat dari kayu tua. Kamar mandinya kering dengan shower lengkap dengan air panas. Kalau dibuka jendelanya ada pemandangan hotel yang kalau malam lampunya warna-warni. Yang seru lagi, kalau kita mau keluar kamar, kuncinya gak pakai kartu, tapi kita diberi gembok besar dengan kunci yang besar bupa terbuat dari besi berlapis kuningan.

Masalah di hotel ini adalah di kamar Kami sinyal telepon edan eling, kayak pengontrak kosan di akhir bulan mau ditagih iuran bulanan. Tapi untungnya WIFI disini super kencang. Benaran kenceng banget deh. Jadi kegiatan Youtube, googling sana sini

Setelah beres-beres, sholat, ohiya selama di India ga ada yang paham pas ditanya kiblat, untung di handphone ada aplikasinya. Pritpal mengajak kami keliling New Delhi.

Laxminarayan Temple ( Mandir Birla )     

Karena hari masih terang , Kami di bawa ke sebuaha kuil bernama Laxminarayan Temple atau Mandir Birla. Semua orang boleh masuk kesini dan tidak dipungut biaya. Ini adalah Kuil Hindu Besar pertama yang dibangun di New Delhi. Dibangun oleh Jugal Kishore Birla dari tahun 1933-1939. Jadi keluarga Birla ini memang membangun banyak kuil di seantero India. Komplek kuil ini luas banget,30 hektar, sementara luas bangunannya 2100 meter komplit dengan taman dengan patung Hindu , lalu ada juga rumah-rumah Bhawan Gheeta. Yang pasti lingkungannya adem sekali karena banyak pepohonan di sekitarnya.

Kami masuk lewat pintu depan yang dijaga dengan metal detektor. Melihat bangunan kuil yang megah dengan warna dominan merah dan putih membuat takjub.  Apalagi karena kami datang di sore hari, pengunjung tidak ramai. Yang pasti Kuil ini akan ramai sekali pada perayaan Janmashtami dan Diwali.

Kuil utama diisi oleh Lord Narayan dan Dewi Lakshmi. Ada juga pemujaan untuk  Dewa Shiwa, Dewa Ganesha dan Hanuman. Ada juga pemujaan untuk Buddha. Kubah sebelah kiri diisi pemujaan untuk Dewi Durga. Yang membuat kuil ini istimewa adalah diresmikan oleh Mahatma Gandhi yang memperbolehkan kuil ini dimasuki dan menjadi tempat ibadah bagi semua kasta. Bayangkan waktu itu sistem kasta masih berlaku, dimana kasta atas seperti Brahmana, Satriya memiliki akses ke semua kuil sementara kasta Sudra tidak punya akses ke tempat seperti mereka

Entah kenapa, betah sekali di tempat ini. Adem banget. Tapi Kami mesti bergegas karena kepengen kelilng kota New Delhi.

Keliling New Delhi

Dengan riang gembira, Kami duduk di mobil menikmati pemandangan kota. Dengan macet dan penuh klakson tentunya. Entah kenapa orang disini ga sabaran kalau soal berlalu lintas. Walau sudah agak terbiasa, tapi tetap saja kaget kalau tiba-tiba ada mobil motong jalan kami, atau motor mendadak nyerempet mobil kami. Sampai si Pritpal ngambek dan berargumen sama pengemudi motor yang ngegas seakan jadi korban padahal dia yang salah. Setelah beradu mulut sekitar 2 menitan, lalu dua-duanya berhenti dan jalan lagi. Hadeuh…

Sekilas di daerah elit, dimana banyak hotel mewah, suasananya mirip Jakarta tempo dulu daerah lapangan Banteng gitu. Di pinggir jalan ada kios tempat jajan.

Yang agak Sebel adalah pas mau berhenti di Gate of India, mau foto kayak orang-orang ternyata lagi diblokir. Akhinya ya udah deh jalan ke tempat lain. Kami sempat melihat Sebuah Kuil Sikh bernama Gurudwara Bangla Sahib yang megah sekali. Bangunannya berwarna putih dengan kubah emas dan dibaut lampu-lampu yang membuatnya amat menarik. Kuil ini menerima semua umat beragama untuk masuk. Mereka juga membagikan 50.000 porsi makanan bagi para pengunjungnya setiap hari.

Gurudwara Bangla Sahib

Setelah puas berkeliling akhirnya memutuskan untuk kembali ke hotel, soalnya udah pada capek juga. Pas pulang Kami sempatkan dulu berhenti di depan Stasiun Kereta  New Delhi untuk membeli Nasi Briyani Ayam dan Ayam Panggang. Total habis 500 Rupee.

Yang agak bikin gegar budaya adalah sapi yang berkeliaran di jalanan.  Tenang tak terganggu.  Bahkan ngeliatin pas saya beli nasi. Melihat banyak gerobak penjual buah-buahan, tertarik juga buat beli. Buahnya macam-macam mulai Jeruk, Apel, Jambu Klutuk Merah, Anggur hijau dan Hitam ( kualitasnya model di supermarket bagus di Jakarta). Akhirnya saya beli sekilo Jambu , Sekilo Apel, Anggur Hijau dan Hitam satu kilo , total habis 400 Rupee. Terus sama tukang dagangnya ditambahin jeruk, abis dia senang saya ramah katanya.

Sesampainya di hotel , Kami langsung makan malam di kamar. Nasi Briyani-nya enak. Ayam panggangnya juga. Komplit pakai bawang merah besar dan Jeruk nipis.

Selesai beres-beres, kampun tidur. Nonton TV Kabel banyaknya siaran lokal India, ada kali ratusan. Ada sih HBO, CNN, tapi kok maja alas ya. Mau tidur ajah.

 Kemudian Jam 12 Malam saya terbangun. DINGIN PEMIRSAH !!! pas lihat aplikasi Weather , New Delhi 7 Celcius aja……  

Terpaksa nambah jaket, selimut semua dililitkan ke badan biar dingin tidak mencapai tubuh aku. Agak heran kenapa lapisan lemak dalam tubuh yang cukup aduhai ini tidak memberikan kehangatan sama sekali. Huft banget deh…

Hari pertama di India cukup menyenangkan. Semuanya sehat dan happy. Gak ada trouble berarti. Soal si Pritpal bersitegang dengan pengemudi motor itu biasa , di Jakarta juga ada toh ? Kesan Pertama sangat menarik untuk Kami yang baru pertama ke India.

Gak sabar buat pagi, karena besok Kami akan eksplor New Delhi lebih komplit lagi. Mulai ke Tempat Kremasi Mahatma Gandhi , India Gate, Pusat pemerintahan India,  Humayun’s Tomb yang ternama dan Qutub Minar, dan banyak lagi…

22 comments

  1. Salam kenal Mas Arief.
    Senang banget baca cerita liburan Mas Arief ke India bareng sama orangtua. Menginap di hotel dengan interior khas India pas sekali, kapan lagi bisa tidur dengan suasana yang beda, hehe.. Trus itu sapi-sapinya santai aja gitu jalan-jalan di kota. Tapi katanya memang di India , sapi itu hewan yang dianggap suci ya

  2. Seru banget perjalanannya di hari pertama. Bisa kubayangkan si Pritpal ngomong pake Bahasa Inggris dengan logat India sambil geleng2in kepala. hahahah

    Tapi itu asli, hotelnya klasik banget. Tapi masa iya aada sapi di pinggir jalan? Ga takut begitu dilewatin? hahah

    Ditunggu cerita selanjutnya kak..

  3. Yeay, lanjutan trip Indianya udah tayang.
    Enak bangey nih, dari bandara udah dijemput aja pake mobil sewaan. Tp, kok aku malah penasaran dg metronya New Delhi. Apa cowok cewek dipisah jg kaya naik kereta?

  4. Senang ya bisa ajakin orang tua jalan-jalan ke India. Mumpung masih sehat, ajakin orang tua traveling agar jadi anak sholeh, hehee.
    Mengapa ketika baru tiba di India, selalu ngecek dan laporan bahwa toilet bersih, hihii

  5. Wah.. Seru sekali petualangannya. Saya masih terpengaruh anggapan kalau angka kriminalitas di India tinggi jadi masih mikir-mikir kalau mau berwisata ke sini. Meskipun sangat tertarik dengan panorama,, budaya, dan kuliner india. Tapi dalam cerita ini sptnya India fine2.saja…tfs ya

  6. Sebenernya udah ngikutin ceritanya di IG, tp ini penting juga sih ya didokumentasikan lwt blog. Alhamdulillah ya kang ortu masih pada sehat. Moga bisa lanjut jalan2 lagi bareng ortu ke negara lain kang 🙂

  7. Ckckck..Kece banget ceritanya, Kang. Serasa sudah berada di India. Aku hanya agak menyerngit dikit kalau makan nasi Briyani, karena dari sononya emang lidah kurang bisa apresiasi makanan berbumbu tajam 🙂

  8. Waaahhhh… semakin kepengen nih aku jalan-jalan ke India apalagi bisa pergi bersama keluarga. Kemarin lihat beberapa teman lagi liburan disana dan kepikiran apa bikin trip ke India. Sekarang baca ulasan mas Arif, lumayan nih nambah referensi saya untuk ke India

  9. Wah, ternyata untuk urusan klakson, ada yg lebih parah dari Jakarta ya. Gak kebayang itu sahut-sahutannya kayak apa.

    Aku tertarik banget sama kuil Gurudwara yang mau menerima manusia dengan agama apapun. Teus membagikan makanan GRATIS sebanyak 50ribu per porsi itu gak mudah lho. Salut sama orang-orang baik yang ada di belakangnya.

    Seneng deh liat kang aip jalan sama bareng orang tuanya, aku jadi pengen ajak jalan ortu ke luar negeri juga nih

  10. Yang bikin saya penasaran itu sapi-sapi yang dibiarkan jalan, bebas gitu ya. Mesti jalan di trotoar bukan di jalan raya kan? Orang-orang tidak ada yang terganggu dengan keberadaan sapi-sapi ini.

  11. alhamdulillah Arif bisa bareng orang tua ke India, dan ibu pun bersedia jadi modelnya..
    liat jalan raya dan mobil plus bajaj serasa masih di Jakarta aja ya.., tapi setuju pilih hotel dengan gaya lokal .., jadi lebih terasa jalan2nya ya nyoba sesuatu yang baru

  12. Haloooo, Mas Arief 🙂 Waaahhh…aku seneng deh baca cerita halan2 di India ini. Bahagia pasti dong ya ajak pergi kedua orangtua. 8 hari di India lumayan lama juga hehehe. Benrer ya ternyata kemiskinan di sana superrrr… pada tiduran di pinggir jalan padahal lagi dingin udaranya. Nasi briyaninya berappan kalo dikurs rupaih? Btw artistik deh hotelnya. Bisa bobo nyenyak tuh nyaman. Kemacetan mirip di negara kita ya tapi kayaknya di India orngnya lebih ga sabar berlalu-lintas.

Tinggalkan Balasan ke adi pradanaBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.