Hello TemenAip ! Apa Kabar ? Kali ini mau sharing perjalanan Aiptrip Ke Tulungagung. Perjalanan Saya bersama beberapa teman Travel Blogger dan Vlogger memenuhi undangan Forum Tuladha untuk mengeksplor Tulungagung lebih dalam lagi dari berbagai sisi.

Sejujurnya Saya pernah 2 atau 3 kali melewati Tulungagung, tapi tidak begitu memperhatikan Kota yang terkenal sebagai penghasil marmer ini, ternyata banyak juga hal lain yang menarik untuk dijadikan destinasi wisata.

Wisata Kuliner Tulungagung

Tulungagung memiliki beberapa kuliner khas yang bisa dijadikan unggulan. Yang paling terkenal adalah Ayam Lodho. Yaitu ayam dengan kuah kuning yang gurih penuh citarasa. Ada pula varian Ayam Lodho Bakar, dimana sebelum diberi bumbu kuning ayamnya dibakar terlebih dahulu.

Selain itu ada aneka kuliner lain yang bisa dicicipi seperti Pecel Tulungagung, Sompil, sejenis hidangan sarapan dengan lontong yang ditaburi bubuk kacang kedele dan juga ikan asin.

Satu kuliner yang sempat dikunjungi adalah Sate Kambing Pak Kuwat dekat setasiun yang satenya empuk, tidak bau prengus, juga sajian kikil kambing yang spicy dibungkus daun pisang. Dan Kambing Rica berisi aneka potongan daging kambing dengan bumbu yang cukup nendang.

Tapi yang menarik adalah saat Kami berkunjung ke dapur Mbah Topa, dimana Kami dimasakkan aneka macam makanan mulai dari ikan asap, aneka pepes, nasi jagung, nasi tiwul, sayur Kelor, Jenang jagung, semuanya dimasak di atas tungku di dalam pawon atau dapur Mbah yang luas. semua orang bergotong royong membantu Mbah Topa memasak hidangan besar buat Kami.

Sempat juga nongkrong di tempat Ngupi yang asik di tulungagung. Yaitu Onderan Tulunngagung. Selain Kopinya yang sedap, mereka juga menyediakan aneka minuman tradisional yang disajikan dengan lebih modern dan rasa yang lebih light seperti minuman Kunir, Wedang Jahe, Asam Jawa yang rasanya lebih segar dengan harga yang amat terjangkau yaitu Rp. 9000.

Pantai Ngalur Yang Menawan

Tulungagung memiliki beberapa pantai yang menjadi destinasi wisata. Tapi Pantai Ngalur adalah sebuah destinasi menarik yang bisa dikunjungi. Pantai pasir putih dengan garis pantai memanjang, dibatasi aneka pepohonan hijau adem. Keren sekali. Hanya saja , jalan menuju lokasi masih dalam tahap pembangunan, jadi Kita harus naik Ojek ( Rp. 30.000 PP ) melewati jalanan berbatu yang cukup menegangkan buat Saya. Tapi sesampainya disana, Kita akan terpesona akan kecantikan pantainya.

Sangat bisa menjadi destinasi wisata andalan berikutnya, karena keindahan alamnya.

Mengikuti Ritual Nyadran di Candi Sanggrahan

Satu hal yang menarik ketika berada di Tulungagung adalah saat mengikuti ritual Nyadran, alias Tolak Bala di situs Candi Sanggrahan. Setelah 15 tahun tidak diadakan, malam itu Kami beruntung bisa ikutan Ritual yang lama tak dilakukan. Prosesinya cukup sederhana dimana Kami berbaris dengan rapi membawa lengko atau tempat makanan yang terbuat dari batang pisang berisi nasi uduk lengkap dengan lauk pauknya. Diawali dengan tarian cucuk lampah, rombongan diajak berkeliling Candi Sanggrahan, lalu duduk di depan Candi. Dipimpin oleh Pimpinan prosesi dimulai dengan membacakan doa supaya Indonesia terbebas dari Covid-19.

Suasananya khidmat sekali, baru pertama Saya menyaksikan prosesi seperti ini di sebuah Candi Budha di malam hari diterangi lampu minyak diiringi gamelan Jawa.

Candi Penampihan

Tulungagung adalah daerah yang memiliki daya tarik wisata purbakala, mulai dari penemuan manusia purba Homo Wajakensis, sampai penemuan candi masa lampau dengan bentuk punden berundak yaitu Candi Penampihan. Candi ini terdiri dari 3 level. Di level pertama ada sebuah prasasti tentang candi ini. Di level ke dua ada area tempat pemujaan dan di level teratas ada Candi dengan patung Kura-kura yang sedang membawa dunia di punggungnya. Perwujudan dari para Dewa yang sedang mencari Tirta Amerta atau Air Keabadian.

Lokasinya yang berada di area kebun teh di lereng gunung Wilis membuat suasana begitu sahdu. Ditemani Ibu Tien, kuncen Candi Penampihan yang menjelaskan bahwa orang datang kesana untuk mencari ayem. Sebelum masuk Candi Kami harus bebersih diri di 5 Pancuran Arjuno yang memiliki banyak khasiat. Kalau Saya pas wudhu air tersebut berasa segar sekali karena asli dari pegunungan.

Yang lucu, ketika Saya ngevlog sempat diambil alih sama Panji, Kucing yang jaga Candi.

Belajar Main Gamelan

Satu lagi kegiatan yang menarik adalah saat Kami diajari main Gamelan. Saya kebagian memainkan Slenthem. Slenthem ada dua macam yang satu Pelog dan satu lagi Salendro. terdiri dari lembaran lebar logam tipis yang diuntai dengan tali dan direntangkan di atas tabung-tabung dan menghasilkan dengungan rendah atau gema yang mengikuti nada saron, ricik, dan balungan bila ditabuh. Peernya adalah mengikuti irama sambil meredam dengungan yang berlebih.

Seru banget bisa ikutan main gamelan, apalagi saat bermain bersama mengikuti aba-aba Bapak guru yang memberi aba-aba di dean memakai notasi angka yang tertulis di papan tulis.

Selain belajar Gamelan, Kami juga sempat belajar main Reog Kendang, sebuah karya seni pertunjukan yang membutuhkan keterampilan nada, menggunakan aneka macam kendang yang dimainkan secara harmonis. Seru banget deh.

Oleh-Oleh Tulung Agung

Saya juga sempat membeli aneka oleh-oleh di sekitar jlan Pangeran Antasari dekat dengan stasiun dimana banyak toko oleh-oleh. Primadona oleh-olehnya adalah Rambak Kerbau, alias kerupuk kulit Kerbau yang kalau dimakan tidak seret di tenggorokan, ada juga marning atau cemilan jagung kering.

Sungguhlah kunjungan ke Tulungagung kali ini begitu bermakna, karna bukan hanya kulineran biasa , jalan-jalan biasa, tapi juga meresapi dan menjalani budaya khas Tulungagung. Silakan TemenAip kalau berkunjung ke Tulungagung, jangan lupa kunjungi juga lokasi wisata budaya dan sejarahnya, kulinerannya yang hits dan juga berjumpa dengan orang-orangnya yang ramah.

3 comments

  1. Pertama kali ke Tulungagung langsung jatuh cinta sama kuliner, budaya dan wisata alamnya yg sangat luar biasa. Semoga tahun depan bisa ke Tulungagung lagi ya kang Aip.

  2. Menarik banget pengalamannya di Tulungagung.
    Saya juga baru tau kalo ternyata ada potensi wisata di sana, tadinya saya cuman kira daerah industri marmer.

    Unik sekali ritual budaya di candi itu.
    Kalo boleh tau, yang melaksanakan ritual itu menganut agama apa? Masih Budha ya?

  3. That’s what we are traveling for!

    Saya lebih suka gali pengalaman baru ketika bertraveling daripada sekedar fota foto sama beli oleh oleh. Beruntung banget masnya bisa liat ritual setempat. Terakhir saya traveling yang niat, jadwalnya ga pas sama jadwal ritual khas daerah situ

Tinggalkan Balasan ke Si KlimisBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.