Krakatau…
Nama itu melekat tegas di dalam pikiran saya. Sejak kecil sampai kini dewasa, Krakatau ! adalah sebuah kata yang selalu memiliki tanda seru dalam benak saya. Kegemaran saya membaca buku, terutama ensiklopedia sewaktu Sekolah Dasar. Gunung ini bukan hanya sebuah cerita, karena dulu sempat beberapa kali melihatnya saat melintasi Selat Sunda , jalur penyebrangan Merak-Bakauheuni. Ada rasa penasaran yang luar biasa soal kisah Gunung Krakatau ini.
Sebuah kesempatan emas saat ariefpokto.com bersama rekan blogger dari seluruh Indonesia diundang dalam rangka Festival Krakatau 2017 , dimana salah satu agendanya adalah mengunjungi Anak Gunung Krakatau. Kenapa dibilang kesempatan emas ? Karena apabila ingin mengunjungi Krakatau dengan prosedur yang benar dan legal adalah harus mengajukan izin kepada BKSDA Bengkulu – Lampung. Karena status Krakatau bukanlah Taman Nasional yang bisa menjadi daerah wisata biasa seperti Taman Nasional lainnya. Perlu ada izin resmi dari pemerintah , karena ada perlakuan khusus pulau Anak Krakatau sebagai kawasan cagar alam, suatu kawasan konservasi yang dilindungi tumbuhan dan satwanya. Sebenarnya terbuka untuk para ilmuwan dan peneliti. Tapi tidak untuk kegiatan wisata komersial. Kenapa ? Karena ekosistem Krakatau ini unik sekali.
Mari kita bahas dulu kisah Krakatau jaman baheula……
Para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Nah dari letusan Gunung Krakatau purba ini muncul tiga buah gunung kecil , yaitu Rakata, Danan dan Perbuwatan. Ketiga gunung ini tumbuh terus menjadi Gunung Krakatau.
Pada tahun 1883, Gunung Krakatau meletus. Menjadi salah satu poin penting dalam sejarah kegunung apian di dunia. Karena menjadi Letusan terdahsyat yang tercatat di dalam sejarah.
Letusan Krakatau memuntahkankan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya keluar setinggi 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di pulau Jawa, Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru. Tsunami setinggi 40 meter menyapu pantai dan pulau-pulau disekitarnya. Letusan ini memakan korban jiwa sebanyak 36.417 orang dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak sampai Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan. Termasuk seluruh penduduk Pulau Sebesi yang berada paling dekat dari Pulau Krakatau. Keesokan harinya penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak bisa melihat matahari selama beberapa hari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer. Kebayang kan betapa dahsyatnya Ledakan Krakatau 1883 ?
Letusan tahun 1883 melenyapkan Gunung Perbuwatan , Danan dan sebagian Gunung Rakata di mana setengah kerucutnya hilang.
40 tahun kemudian , mulai muncul gunung baru di kawasan kaldera meletusnya Gunung Krakatau. Itulah dia Gunung Anak Krakatau . Pertumbuhannya sangat aktif dan terus bertambah tinggi. Ini disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu secara terus menerus. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20 inci) per bulan. Setiap tahun Anak Krakatau tumbuh lebih tinggi sekitar 6 meter dan lebih lebar 12 meter . Apakah ketinggian Anak Krakatau akan bisa setinggi Gunung Krakatau dulu yaitu setinggi 813 meter dari permukaan laut ? Wallahualam. Tapi kemungkinannya sangat tinggi.
Di Anak Krakatau ini muncul ekosistem baru yang amat unik dan jarang di dunia. Ekosistem ini terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan Anak Gunung Krakatau. Itulah kenapa status Cagar Alam Anak Gunung Krakatau berbeda dengan Taman Nasional lainnya d Indonesia. Jadi tidak boleh sembarang orang masuk. Harus punya Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi ( Simaksi ) yang bisa di ajukan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam di Bandar Lampung. Karena kedatangan kita kesana akan di tanyakan maksud dan tujuan, kegiatan yang akan dilakukan, berapa lama, dll. Kalau tidak punya SIMAKSI, kehadiran kita disana berarti illegal alias melanggar hukum.
Sesaat setelah mendarat, kami disambut oleh pantai berpasir hitam dengan latar belakang hutan pinus. Udara sejuk sekali, karena memang Kami berangkat pagi buta dengan boat dari Pulau Sebesi. Keuntungannya adalah bisa tidur di boat selama dua jam perjalanan ke Anak Krakatau. Lalu kita bisa melihat sunrise di lautan itu keren banget pemirsah ! Pemandangan Anak Gunung Krakatau juga cantik sekali apabila dilihat dari laut. Berdampingan dengannya Pulau Panjang dan Pulau Rakata, yang dulu merupakan bagian dari Pulau Krakatau.
Disambut Pegawai BKSDA , kami di briefing soal menjaga lingkungan dan larangan selama berkegiatan di Anak Gunung Krakatau. Pinjem catatan dari Kak Terry , larangannya antara lain :
- Dilarang melakukan tindakan yang mengakibatkan kerusakan pada tumbuhan dan satwa.
- Dilarang mengotori kawasan cagar alam.
- Dilarang membuang dan meninggalkan sampah di dalam kawasan cagar alam.
- Dilarang mengambil (memetik atau menangkap) tumbuhan dan satwa.
- Dilarang membuang biji-bijian, memasukkan jenis tumbuhan dan satwa ke dalam kawasan cagar alam.
- Dilarang membawa narkoba, senjata tajam, binatang peliharaan, dan alat bunyi-bunyian.
- Dilarang membuat jalur atau jalan setapak baru
Makanya, kita berhati-hati banget selama ada di Kawasan Cagar Alam Anak Gunung Krakatau. Jangan sampai melanggar larangan. Soalnya udah beruntung ikutan, masak ga hormat dan tanggung jawab kaan ?
Mengikuti petunjuk pegawai BKSDA , kami mengikuti trayek menaiki bahu Anak Gunung Krakatau. Kok bahu sih ? Soalnya buat naik ke Puncak ga mungkin. Berbahaya. Karena gunungnya masih tumbuh, wilayah puncak masih sangat labil. Ada dua trayek yang bisa dilalui menuju bahu anak Krakatau. Yang landai dan yang lebih curam.
Jalur dimulai dari hutan pinus yang cukup rindang, pohonnya cukup tinggi. yang unik adalah tanah yang dipijak agak-agak empuk gitu. Semakin ke atas , semakin berkurang pepohonan pinus tingginya. Berganti dengan tanaman merambat , semak-semak dan sejenisnya. Lalu terlihatlah Anak Gunung Krakatau, menjulang dengan gagahnya. Berwarna kelabu dengan latar belakang langit biru dan awan putih berarak.
Ada kejutan rasa gembira dalam hati ini. Akhirnya ketemu juga dengan sang Legenda, yang jadi bahan perbincangan dunia.
Tapi tiba-tiba ada perasaan lain muncul, Rada kaget. Itu kayaknya nanjak ya ? hahaha. Lumayan tampaknya. Pendakian dengan sudut 50-60 derajat. Jalur pendakian menuju bahu Anak krakatau yang berpasir hitam dengan asesoris bebatuan vulkanis. Kami tidak boleh membuat jalur pendakian lain, harus ikut sesuai aturan BKSDA.
Orang-orang lain dengan cepat mendaki, sementara saya, Bu Evi dan Salman mendaki lebih pelan, tidak terlalu terburu-buru supaya menjaga stamina. Secara pelan tapi pasti kami mendaki, sering disalip oleh pendaki lain, tapi tak mengapa. Apalagi kami lebih sering berhenti untuk mengabadikan gambar dan video selama perjalanan ini. Soalnya pemandangannya bagus banget.
Makin ke atas makin lumayan. Nafas mulai tersengal-sengal Hah Heh Hoh… Memang stamina sedang tidak prima, apalagi kurang tidur karena semalam bertugas sebagai tukang bangunin orang takut kesiangan.
Akhirnya mengeluarkan jurus andalan Strategi Pendakian , 10 langkah selfie seperti dilakukan waktu mendaki Gunung Galunggung. Jadi tipsnya, setelah 10 langkah mendaki, berenti buat selfie. Jadi ada pengalih dari kecapekan hidup ini. Hadeuuh.. apalagi. But it works ! Ditambah faktor angin sejuk dan udara segar bikin energi cepat balik lagi. Selalu berdialog dengan diri sendiri, pokoknya ga boleh patah semangat harus sampai ke atas. Masa udah jauh-jauh kesini, gak naik sampai ke atas sih ? Menguatkan diri , mendaki dengan strategi.
Gitu saja sampai akhirnya sampai juga di Bahu Anak Gunung Krakatau !
Wow ! Subhanallah. Keren banget, kami bisa melihat puncak Anak Gunung Krakatau dengan jelas. Tegak menjulang gagah, seakan ingin bilang dia sudah tumbuh lebih besar. Kalau kata Mas Dunia Indra, terakhir dia kesini ada beberapa bagian yang belum ada, dan terlihat lebih tinggi
Memandang sekeliling, bisa keliatan Pulau Rakata, Pulau Panjang , Pulau Sertung dan laut yang biru sekali. Kontras dengan keadaan di atas yang keabuan.
Langsung foto-foto lagi… Kayaknya ga mau kehilangan moment.
Tapi akhirnya terdiam menikmati momen keberadaan saya di tempat yang legendaris ini.
Bagi saya Krakatau adalah simbol perjuangan hidup. Setelah Krakatau purba meledak memblah Jawa dan Sumatra, Krakatau muncul lagi untuk meletus di tahun 1883, menghancurkan Kalderanya, akhirnya ia bangkit lagi dalam bentuk lain. Sebuah bentuk baru , Anak Gunung Krakatau. Yang secara perlahan tapi pasti, membangun dirinya sendiri. Seakan Krakatau Tak pernah mati dan terus bangkit dari kehancuran yang menghancurkan. Hebat ya.
Menikmati waktu di bahu Anak Gunung Krakatau menimbulkan banyak perasaan, mulai dari penasaran, ngeri , kalau jatuh mengelinding kan serem ya, akhirnya diputuskan mengeksplor daerah bahu Anak Gunung Krakatau ini.
Akhirnya waktu turun pun tiba. Kami berjalan menyusuri bahu Anak Krakatau, lalu diarahkan ke jalur pendakian kedua yang lebih landai. Enak banget. Kenapa tadi gak lewat sini ya ? Tak apalah, lebih nikmat perjuangannya naik jalur yang tadi yang terjal. Di jalur ini lebih banyak tanamannya. Kami berjalan berhati-hati jangan sampai menginjak tanaman.
Memasuki Hutan pinus, kami sempat nyasar. Malu deh. Tapi mengingat pesan petugas BKSDA, ambil jalur ke arah kanan. Pelan-pelan terdengar suara orang-orang. Sampailah kami ke pantai tempat mendarat tadi.
Lalu tiba-tiba kebelet pipis. Akhirnya numpang ke WC Umum dekat tempat para pegawai BKSDA menginap. Yang menarik adalah, kita mesti menimba sendiri di sumur untuk air yang kita pakai. Dan yang lebih unik adalah airnya hangat pemirsaah !! Padahal di sumur Jadi kepengen mandi kan, kayak sumur di ladang. Tapi apa daya antriannya panjang. Mana mungkin. Sempat mau nanya, kenapa air sumurnya hangat, tapi lupa karena terburu-buru takut ketinggalan Kapal. Dari balik jendela kapal saya melambaikan tangan pada Krakatau. Mengucap “ Sampai Jumpa”
Sebuah perjalanan yang amat bermakna , hari itu saya belajar banyak dari Krakatau. Tentang dirinya, dan tentang diri saya sendiri. Anak Gunung Krakatau bukanlah tempat wisata, Dia adalah Cagar Alam yang tak boleh dirusak , biarlah dia tumbuh berkembang sesuai dengan kehendak alam. Apakah saya akan kembali kesini lagi ? kemungkinan besar tidak, tapi saya akan selalu menyapanya setiap lewat, entah itu di pesawat atau di Selat Sunda.
Kalaupun mau berwisata, tidak di Pulau Anak Gunung Krakatau, tapi bisa menikmati keindahan Krakatau dari Pulau Sebesi, apalagi saat ada Erupsi di Anak Gunung Krakatau. Ketika fase membangun diri ini , erupsinya masih dikategorikan dalam tahap aman. Akan lebih menarik apabila meihat pijar merah semburan lavanya dari Pulau Sebesi terutama di malam hari. Sebuah daya tarik wisata yang boleh dicoba.
Tonton Part 1 Mendaki Anak Gunung Krakatau di
Tonton Part 2 nya di
part 3
selalu menarik sekali
Anak gunung krakatau ini sama dengan anak gunung Rinjani yang disebut dengan gunung baru jari.
hidup lagi ya dalam bentuk anaknya
Sepertinya penamaan “anak” tepat ya, karena selalu tumbuh. Jadi pengen, tapi… ah sudahlah.
Suatu hari nanti akan sebesar orangtuamu. Rencanakanlah kesana. Siapa tahu tahun depan bisa ikut Festival Krakatau 2018
Seru ya cerita perjalanan menengok Krakatau 🙂 Banyak cerita unik yang gak terbayangkan sebelumnya 😉
Kebayang kan legenda dunia ada dekat dari Jakarta !
Kang Arif bisanya kalo cari info-info famtrip gitu dimana aja ya ka.
Aku butuh jaringan yang luas nih supaya bisa ngetrip bareng travel blogger kece kayak kang Arif 🙂
Kita berjapri ya
Sama, mas. Aku juga jaman SMP seneng banget baca ensiklopedia, terutama Ensiklopedia Negara dan Bangsa. Ngomong-ngomong, bukannya Taman Nasional itu memang nggak bisa sembarangan dimasuki orang ya?
Masuk Taman Nasional juga butuh izin. Tapi lebih mudah diakses daripada Cagar Alam. Salam Ensiklopedia
Begini ini nih pendaki yang keren, bertanggung jawab dan bisa mengambil filosofinya. Mantaaap, Mas!
Matur nuwun sanget Mas. Masih belajar ini juga hahaha. Pendaki rempong soalnya, banyak berhentinya. Pace nya lambat dibanding yang lain
Krakatau, udah lama masuk dalam list tempat wisata yang mau dikunjungi. Tapi sejauh ini, belum ada kesempatan ke sana.
Semoga festival krakatau selanjutnya, http://www.aulaandika.com mendapat undangan juga. Hehehe
Makasih mas untuk ulasannya. Kereen be eee
Amin, semoga Festival Krakatau 2018 berangkat ya
Lumayan juga ya pertumbuhan krakatau ini. Jauh lebih cepat dari pertumbuhan karang di laut yg mungkin cuma tumbuh 1 cm per tahunnya.
andai pertumbuhan terumbu karang secepat krakatau ya, begitu banyak maslah kelautan yang bisa teratasi. perlu usaha bareng buat melestarikan laut
siapa tau Festival Krakatau 2018 bisa ikutan kan ?
wah… bagus pemandangannya.. meskipun saya ga suka naik gunung tapi penasaran juga sama anak krakatau…
bagus , indah dan bikin adem deh, Terima kasih sudah mampir
Dulu ke Krakatau hujan deras, jadi belum sah kayanya kesana. Masalah air sumur yang hangat mungkin krn itu gunung aktif kali ya…
sayang sekali hujan. Soal sumur betul juga ya. Kebayang betapa aktifnya si Anak Gunung Krakatau di dalam perutnya. Terima kasih sudah mampir
bagus… tapi gak mau 2 kali….pegel.. hahaha.. gw mau snorkeling aja di sekitar sana.. 😀
kalau snorkelling ikut yaaa Ka VIka
Pengen balik laagiiiiii belum puassssss hahaha
kalau erupsi seru tuh memotret pijar lava dari Sebesi
Perjalanan ke gunung Krakatau yang seru banget. Aku saat itu merasa beruntung karena berhasil naik sampai ke Puncak pengamatan… senangnya tak terkira deh
betul kita beruntung Bu Evi !! ga semua orang bisa seperti kita. Alhamdulillah
Anak Krakatau emang menjadi tempat yang menurutku penuh kharisma. Ketika ada festival Lampung, dan pesertanya berkunjung ke sini, bayanganku langsung gimana rasanya motret anak Krakatau dari atas kapal.
Huauuuuu sukses terus ya mas, jejakin kaki di gunung yang penuh cerita itu. Pas banget juga, keliling bareng temen-temen blogger
Alhamdulillah rejeki. Ga kebayang awalnya. Amin. Kapan kita jalan bareng atuh ?
wah bareng bareng sama blogger crony ya ini mas..
waktu itu dapat undangan dari GenPi Lampung