Hello TemenAip, apa kabar ?

Akhir-akhir ini jarang banget posting soal Bandung ya ? Baiklah mari kita bahas satu tempat kekinian yang baru saja menjadi destinasi wisata di Kota Bandung. Baru banget diresmikan pada bulan Agustus 2017 oleh Bapak Walikota, Ridwan Kamil, ChinaTown di Jalan Kelenteng no 41 adalah sebuah lokasi wisata kreatif.

Kenapa kreatif ? karena selain wisata pengenalan heritage orang Tionghoa Bandung, disana juga menjadi lokasi wisata kuliner, shopping, tempat bermain anak dan yang pasti wisata foto alias tempat yang Instagramable !!! Wajib kan buat anak Zaman Now kayak kita-kita ! #ngakungaku

Tampak Depan Chinatown

Saya datang ke sana pas jam 7 malam, hujan dari siang sudah reda, menyisakan kesejukan malam yang dihembusi angin yang membuat suasana sejuk, dingin, berasa banget di Bandungnya. Sebuah bangunan tua klasik pecinan jaman dulu berdiri di hadapan, dengan dekorasi lampion yang meriah. Jam buka tempat ini dari jam 12.00 sampai dengan jam 24.00 malam.

Sebelum masuk kita diharuskan membayar tiket terlebih dahulu. Tarifnya :

Senin – Kamis ( Weekday ) : Rp 10.000/orang
Jum’at -Minggu/Libur : Rp 20.000/orang

Desain tiketnya sederhana tapi cantik. Selain tiket, kita juga bakal dikasi gantungan kunci khas Chinatown sebagai souvenir. Memasuki pintu gerbang , tiket cantiknya langsung disobek dan dipersilahkan masuk ke dalam. Di sisi kiri langsung ada sebuah Bandung Chinatown Museum , dimana kita bisa melihat aneka macam memorabilia dari masa lalu. Ruangannya cukup kecil untuk ukuran Museum, tapi menarik sekali melihat barang-barang dari masa lalu. Mulai dari radio, sempoa, perkakas seperti bor, tang, senter, lalu ada peralatan dapur mulai dari rantang, poci , baki, tempat kukusan, aneka piring. Tapi fokusnya ada di sebuah sepeda tua yang diletakkan di  tengah. Terbayang semua alat ini dipakai dalam kehidupan sehari-hari di masa itu. Kids Zaman Dulu pasti pada hapal. Kalau Kids Zaman Now, lihat sempoa aja kaget. Apaan tuh ?

Museum Chinese Heritage

Di dindingnya dipasang ilustrasi perjalanan sejarah kaum Tionghoa di Bandung. Cukup menarik untuk menambah pengetahuan.

Keluar dari museum, langsung masuk ke dalam Chinatown-nya.  Lampion warna-warni menyambut kedatangan para pengunjungnya. Ada foodcourt dengan tempat duduk di luar dengan payung. Ada juga tempat duduk di dalam dengan meja. Dindingnya penuh dengan lukisan , yang membuat suasana seakan ada di Kampung Cina jaman dulu. Artistik sekali. Ada aneka bangunan yang dirancang sesuai tema.  Disini banyak yang jualan. Kira-kira ada 77 UKM  yang jualan  macam-macam barang buat para pengunjung. Dari produk fashion, aksesoris, suvenir, dan  kuliner. Semuanya bernuansa Chinatown.

Suasana malam di Chinatown

Yang menarik disini semua transaksi wajib menggunakan kartu debit , uang elektronik dkk. Jadi siapkan saldonya harus cukup. Soalnya tidak menerima uang cash. Tapi disini ada juga ATM BCA dan sebuah desk untuk mengisi ulang Kartu Flazz.

Penjual Aneka Juice

Kalau suka kulineran, disini banyak sekali pilihannya. Mau Bakso, chinese food, Tahu gejrot, Siomay,  Aneka Macam Es, Es Krim, Batagor, semuanya ada. Cuman buat para pengabdi micin, siap-siap kecewa, karena beberapa penjual makananya tidak menyediakan MSG. Tapi tetap enak pastinya.

Salah satu stall di Chinatown

Disini juga ada tempat penyewaan baju ala-ala Tionghoa, mulai dari tema Putri, Pakaian pernikahan, pokoknya yang menarik buat jadi properti foto buat diposting di social media. Pose cantik dengan background yang tepat, bisa disangka lagi foto di Beijing, Shanghai atau Shenzen. Berasa jadi putri pulak. Lengkap banget  untuk memenuhi kebutuhan kehaluan Anda…

Udah kayak di Beijing belum ?

Kalau bawa anak, disini juga disediakan playground dengan nuansa bambu-bambu. Dan banyak kios permainan kayak di pasar malam. Semacam adu ketangkasan. Mulai dari mancing sampai masukin bola. Nanti dapat hadiah kalau berhasil.

Aneka games seperti di pasar malam

Pecinta pernak pernik, asesoris bisa panik kalau pergi kesini karena banyak asesoris menarik yang dijual disini. Mulai dari lampion, gantungan , magnet kulkas, tinggal dipilih sesuai selera.

Pernak pernik yang dijual di Chinatown

Sebagai salah satu destinasi wisata kreatif Chinatown Bandung menghadirkan suasana Pecinan jadul amatlah menarik, hanya saja tempatnya memiliki luas kurang dari 2 hektar. Kalau lagi sepi, enak suasananya, tapi kalau lagi rame, kebayang hiruk pikuknya. Tapi pasti pengelolanya sudah mempersiapkan hal seperti ini. BTW, Chinatown dikelola oleh Perhimpunan Masyarakat Sosial Bandung (Permaba) lho. Dulunya sempat jadi bioskop , lalu berubah fungsi jadi GOR, dan sekarang menjadi tempat wisata.

Dinding instagramable

Kalau mau ke Chinatown Bandung bisa dipandu Google Maps  Jangan lupa bawa kartu debit , pakai baju yang nyaman, karena bisa gerah waktu siang. Kalau hujan mereka juga menyediakan payung kok. Tenang aja. Kalau suka lampion, sebaiknya kesana saat malam hari. Jam bukanya juga sampai tengah malam. Lumayan bisa nongkrong sambil foto-foto. Kalau pengen siang, sebaiknya datang sore hari jam 3-an, karena kalau lewat jam segitu, jalanan agak macet. Tempat parkirnya pun cukup jadi peer. Tapi kalau datang siang lebih puas foto-foto karena pencahayaan otomatis lebih bagus. Lumayan banget buat para pengabdi konten yang selalu butuh foto cantik di Instagramnya.

Kagum dengan kreativitas warga Bandung yang selalu terpacu untuk membuat sesuatu yang baru. Kalau ga bikin yang baru dan menarik, bisa ditinggalkan kan ? Pokoknya Bandung Juara !  Kalau mau nonton suasana disana silakan nonton di

27 comments

  1. Ya ampun saya teh mau ke sana gak jadi aja heuheuheu. Padahal orang Bandung. Dulu gedung itu gedung kayak GOR gitu, ada lapangan bulu tangkis di dalamnya. Skrng jadi tempat wisata ya ga nyangka heuheu

  2. Walau tempatnya tidak terlalu luas, Chinatown Bandung ini wajib dikunjungi kalau jalan-jalan ke Bandung. Selain lokasinya bagus untuk foto-foto banyak barang-barang menarik yang bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh 🙂

  3. Aku lebih suka tempat ini diberi nama lain.

    Bandung sudah punya Chinatown sendiri yang terbentuk secara alami, lebih otentik, bisa kulineran, wisata sejarah, dan sosial budaya. Yang perlu dilakukan pemerintah tinggal menatanya, mempromosikannya, bukan malah membuat “Chinatown” buatan yang juga berbayar. Lalu, Chinatown tanpa pork bukanlah Chinatown, hahaha. Duh maap jadi curhat.

  4. Hiuuu lucu lucu ya.. Jd inget museum transportasi di malang… Kan ada spot2 ala ala cina juga tuh…

    Btw seru banget pembayaran pake kartu semua. Kendalanya di sini gt ya mas. Kadang kalo ga pake cash gak enak. Ahahaha.. Tp aku jarang punya cash. Ke atm cm ambil duit seperlunya trus habis dalm waktu sekejap. Lalu beberapa hari kenudian berasa miskin karena g prgang cash. Wkwkwk.

    Eh aku ke bandung lo cm ke beberapa lokasi doanggg…. Maen ke bandung malah melipir ke lembang, floating market. Wkwkw

    1. sekarang masyarakat sudah mulai terbiasa dengan sistem pembayaran cashless. Masalahnya kadang suka lupa isi ulangnya. hahahah

      Kalau ke Bandung main-main di kota bopleh lho. lumayan ada banyak yang bisa dilihat. Selain tempat menarik, orgnya jugak. eh

  5. Lucu deh, banyak spot vintage nan instagenic 😀
    Kayaknya bener kalau datang siang lebih bagus buat foto ya, kak. Ntar ah kalau lagi ke Bandung mau coba ke sana juga.

Tak komentar maka tak sayang. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf, tidak menerima komentar dengan active link. Terima kasih sudah berkunjung

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.