Hello TemenAip Apa Kabar ! Ada yang pernah denger soal Seni Badud ga ? Belum ? Saya juga. Baru tahu pas Fam Trip bersama  Pesona Indonesia Kemenpar ke Pangandaran. Dalam rangka Festival Milangkala Kabupaten Pangandaran ke 6 , rombongan kami juga mengunjungi beberapa lokasi wisata lain

Desa Margacinta

Hari itu kami mengunjungi Desa Margacinta, salah satu desa tujuan wisata di wilayah Pangandaran. Berkunjung ke Kantor Kepala Desa, Kami disambut oleh Pak Edi Supriadi, Kepala Desa Margacinta. Beliau menjelaskan kalau di Desanya ada beberapa kesenian khas daerah yang menarik untuk dilihat. Salah satunya adalah Seni Badud.  kesenian badud awalnya hanya sebuah hiburan rakyat. Badud dimainkan saat ada warga yang mengelar acara syukuran. Seperti saat hajat syukuran pernikahan, sunatan, syukuran setelah panen dan sebelum menanam. Seni Badud digagas dua tokoh kampung setempat bernama Ki Ardasim dan Ki Ijot pada awal abad ke-19. Seni Badud berawal dari kegiatan hiburan petani selama berladang dengan memainkan Dogdog dan Angklung. Bunyi-bunyian itu untuk mengusir hama dan hewan buas, seperti babi hutan dan harimau dan juga lutung. Akhirnya  Badud menjadi bagian prosesi ritual panen raya serta menjadi seni hiburan ketika hajatan syukuran warga

Hari itu kami mengunjungi Desa Margacinta, salah satu desa tujuan wisatadi wilayah Pangandaran. Berkunjung ke Kantor Kepala Desa, Kami disambut olehPak Edi Supriadi, Kepala Desa Margacinta. Beliau menjelaskan kalau di Desanya ada beberapa kesenian khas daerah yang menarik untuk dilihat. Salah satunya adalah Seni Badud.  Kesenian Badud awalnya hanya sebuah hiburan rakyat. Badud dimainkan saat ada warga yang mengelar acara syukuran. Seperti saat hajat syukuran pernikahan, sunatan, syukuran setelah panen dan sebelum menanam.

Seni Badud digagas dua tokoh kampung setempat bernama Ki Ardasim dan Ki Ijot pada awal abad ke-19. Seni Badud berawal dari kegiatan hiburan petani selama berladang dengan memainkan Dogdog dan Angklung. Bunyi-bunyian itu untuk mengusir hama dan hewan buas, seperti babi hutan dan harimau dan juga lutung. Akhirnya  Badud menjadi bagian prosesi ritual panen rayaserta menjadi seni hiburan ketika hajatan syukuran warga

Awalnya salah dengar, kirain Seni Badut ? Maafkan pendengaranku yang kebanyakan dengar gosip jadinya salah deh. Seni Badud ( pakai D dengan qalqalah Qubro) merupakan salah satu kesenian yang makin jarang dilihat. Oleh karena itu ada sebuah kampung di Margacinta yang khusus menampilkan kesenian ini.

Supaya bisa mlihat sendiri Seni Badud itu seperti apa, Kami diajak Pak Edi untuk menonton langsung ke Kampung Seni Badud Margajaya. Kesempatan ini tidak mungkin disia-siakan lah. Kapan lagi bisa melihat kesenian asli Pangandaran.

Dari jalan utama, kami harus menempuh perjalanan sepanjang kurang lebih 6,5 kilometer. Tapi karena sebagian jalannya kurang baik, jarak tempuh dirasa lebih lama. Tapi pemandangan persawahan hijau di kiri kanan jalan menjadi hiburan tersendiri. Belum pohon kelapa yang bikin pemandangan makin cantik.

Jembatan Pongpet

Sampai akhirnya mobil kami parkir di pinggir Jembatan Pongpet. Sebuah jembatan gantung yang indah sepanjang kurang lebih 50 meter. Kalau kita jalan disitu jadi goyang-goyang, karena konstruksinya begitu. Sebenarnya yang dinamakan Jembatan Pongpet ada  disebelahnya. Tapi sudah hancur. Ceritanya panjang sekali. Jadi dulu ada seorang peternak lembu yang kaya raya. Tapi setiap lewat jembatan Pongpet dia dipalak dengan harga yang tak terkira. Sau benggol untuk satu langkah ternaknya. Akhirnya karena kesal dihancurkanlah jembatan Pongpet yang asli. Sekarang tinggal bersisa reruntuhan saja.

Jembatan Pongpet sekarang Berwarna Warni. Model Siska Kusmayanti

Jembatan Pongpet yang baru wujudnya cantik sekali. Sangat Instagramable. Dengan angle yang pas, kita bisa mendapatkan gambar bagus disini.  

Jembatan ini adalah pintu masuk ke Padepokan Seni Badud Rukun Sawargi Dusun Margajaya, Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran. Nuansanya disini adem banget. Semuanya serba tertata rapi dengan asri karena banyak pepoonan. Ada beberapa lumbung padi dan di sebuah bukit  kecil ada sebuah bangunan tanpa dinding, sepertinya untuk pementasan.


Diujung jembatan sampai jalan ke arah bangunan sudah banyak orang dusun Margajaya. Berasa Lebaran deh, semua menyambut, bersalaman sambil  tersenyum Beneran ini disambut orang sekampung !! Para Bapak memaki baju pangsi khas Sunda berwarna hitam sementara para ibu memakai kebaya warna warni. Anak-anak memakai baju pramuka, mungkin memang baru pulang sekolah. Kami pun dipersilahkan untuk duduk di atas tikar yang sudah disediakan untuk menikmati pertunjukan Seni Badud. Pak Edi selaku  Kepala Desa memberikan sepatah dua patah kata , dilanjutkan oleh perwakilan Kemenpar , Ibu Nina . Tak lama Kami diberikan hidangan aneka cemilan seperti dodol singkong, jus honje dalam bentuk cup, dan yang istimewa, Nugget jantung Pisang, yang rasanya kayak kornet. Kok bisa ya ?

Jingkrung

Sebagai kejutan, para ibu Margajaya memberikan penampilankhusus di luar jadwal yaitu Seni Jingkrung. Para Ibu berbaris di depan , yangpaling tengah membawa semacam kitab, ada juga yang memegang alat musik pukul.Diiringi Bapak yang memainkan dogdogan , Seni Jingkrung pun dimulai. Dua orangIbu menjadi lead vokal , membawakan semacam doa, karena didalamnya ada beberapakalimat pujian untuk Allah SWT. Jadi kesenian ini biasanya dilakukan saatprosesi Akikah , terutama pas bagian pencukuran rambut bayi. Ada dua set laguyang dibawakan, dan semua tampak menyimak dengan khidmat.

Lalu acara utama pun dimulai , saat anak-anak SD Margajaya bersiap-siap dengan angklung dan alat pukul. Memainkan beberapa set lagu dengan percaya diri. Pemain angklung sempat berakrobat membawakan beberapa koreografi sambil tak henti memainkan Angklung mereka. Menyenangkan melihat mereka bermain musik dengan gembira.

Lalu terjadi hal yang keren !!

Seni Badud

Perlahan, satu persatu alat musik diambil alih para pemain Seni Badud Dewasa. Tanpa berhenti, prosesi permainan terus berlanjut. Sampai akhirnya komplit pemain Badud memainkan semua alat musik, mulai dari dogdog, kenong, angklung dll. Mereka pun memainkan beberapa set lagu. Sempat pula memainkan koreografi berputar sambil memainkan alat musik. Versi lebih rumit dibandingkan versi anak-anak sebelumnya.

Lalu muncullah dua tokoh sentral Seni Badud. Kakek dan Nenek Margacinta. Selain musik dinyanyikan beberapa pupuh dengan merdu. Saking fokusnya dengan gerakan Kakek dan nenek, saya sampai tidak memerhatikan siapa yang bernyanyi.  Kakek dan Nenek memakai topeng dalam penampilan mereka. Wajah kakeknya seperti tokoh Jepang sementara wajah Neneknya ngeselin banget. Entah kenapa ? Hahahaha

Sang Kakek lalu membakar kulit kelapa kering, sementara nenek dengan tampahnya berkeliling mengumpulkan uang dari para penonton. Sesajen pun disiapkan oleh Pak Kades dan Pawang , dalam sebuah tampah berisikan bakakak ayam , aneka cemilan, kopi dan sebagainya. Para pemain Seni Badud pun berkoreografi mengelilingi Sesajen di tampah.

Dalam penampilan itu , lalu  kami sempat diajak  menari bersama mengikuti koreografi. Seru juga, walaupun saya sempat mengacaukan koreo jaidnya gak kompak. Maklum biasa ngedance Kpop. Bohong Lah….

MEngelilingi Sesajen
Sesajen

Sampai akhirnya kami para penonton duduk lagi. Kemudian muncullah 3 sosok bertopeng. Harimau, Lutung dan Babi Hutan. Personifikasi tiga hewan yang sering mengganggu para petani. Ironisnya Harimau Jawa sekarang sudah punah, tak ada lagi. Tapi mungkin zaman dulu saat seni ini dimulai, Harimau Jawa masih bebas berkeliaran di wilayah Pangandaran. Atau bisa jadi harimau ini merupakan personifikasi dari para prajurit-nya Prabu Siliwangi yang berubah wujud menjadi Harimau dan bermukim di Hutan Sancang yang terletak beberapa jam saja di wilayah Garut, saya tidak tahu.


Harimau dan Babi Hutan

Kesurupan

Ketiga tokoh itupun dibacakan sesuatu oleh pawang. Lalu Pemain Babi hutan dan Harimau kesurupan. Topengnya dilemparkan memperlihatkan wajah mereka yang tidak lazim. Matanya melotot dan mereka bernafas terengah-engah. Mereka sudah masuk kondisi trance. Kesurupan arwah siluman Harimau dan Babi Hutan. Entah kenapa bulu kuduk lalu merinding menyaksikannya. Penonton pun mulai mundur menjauh. Pukulan dogdog makin lama makin kencang mengiringi pertunjukan ini.

Tak lama Babi Hutan dan Harimau mulai bergerak sesuai dengan karakter masing-masing, bergerak tak beraturan mengincar sesuatu. Ternyata mereka mengincar Sesajen dalam tampah tadi. Penonton ketakutan melihatnya. Dramaaa !! Seorang pawang sempat memecahkan telur ayam yang lalu ditaruh di lantai. Langsung disantap si Harimau. Adegan mengejar sesajen pun terjadi dengan seru, sesekali pawang meengontrol gerakan keduanya. Harus dipegangi 4 orang baru bisa dikendalikan. Sampai akhirnya kedua orang itu dipegangi dan dibacain doa , sambil dipegangi terus. Lemaslah keduanya. Lalu akhirnya dibopong keluar arena pertunjukan.

Tiba-tiba si Lutung berulah ! Dia meloncat-lOncat bergerak membabi buta ke arah penonton. Mundurlah kami semua. Tapi malangnya suguhan bagi kami rusak dibuatnya. Aneka cemilan, Nuget Jantung pisaNg dan Jus Honje yang belum saya minum hancur berantakan dibuatnya. Tidaaaaak… saya belum minum Jus Honje-nyaaa.. udah dirusak Lutung. Kesal kan. Ulah Lutung membabi buta pun akhirnya dikendalikan pawang, setelah sempat dipancing sesajen. Setelah dibacakan doa, Siluman Lutung pun pergi meninggalkan pemain Seni Badud lemas tak berdaya, dibopong keluar arena menyusuL Harimau dan Babi hutan.


Pemeran Babi Hutan Pingsan tak sadarkan diri

Kalau mau nonton video Seni Badud, silakan nonton di bawah ya TemenAip !

Liwet Jolem

Liwet Jolem

Selesai senam jantung menonton Badud, para Ibu menghidangkan Liwet Jolem untuk makan siang kami. Nasi Liwetnya dimasak dalam kastrol dan disajikan menggunakan daun pisang, sehingga nuansa makan siang menjadi lebih alami. Liwet Jolem beda banget sama liwet yang biasa saya makan. Diatas nasi liwet ada masakan ikan mas yang berbumbu kuning. Ikannya berduri agak lunak, mungkin karena dimasak agak lama. Rasanya enak banget. Nasi gurih dengan ikan mas lebut yang berbumbu kunyit pas banget. Kalau gak buru-buru jumatan dihabiskan deh.

Bergaya di Jembatan Pongpet


Secara keseluruhan kunjungan ke Kampung Seni Badud ini amat menarik. Pastinya bakal jadi primadona apabila dikelola dan dipromosikan lebih baik lagi. Ke pangandaran tidak hanya ke pantai, tapi bisa menikmati suasana pedesaan dan menonton Seni Badud yang tidak ada di tempat lain.

Gimana TemenAip ? Mau Nonton Seni Badud di Margacinta Pangandaran ?

21 comments

  1. Sesuai dugaan saya nih. Badud itu badut yg kesurupan, entah darimana saya dapat pemikiran itu

    Selalu seru bisa melihat pertunjukkan yg melibatkan arwah-arwah seperti itu 🙂

  2. Trus yang jalan 6,5 kilo itu jalan kaki atau naik mobil? Baru dengar ada kesenian namanya Badud. Sama, aku juga salah baca badut. Cara deskripsiin liwet jolemnya bikin lapar. Aku salah dari tadi mampir blog yang ada makan-makannya. 😀

  3. Kalau denger Pangandaran, yg langsung terbayang adalah pantainya. Baru paham jika ada kebudayaan macam ini. Good to know. Indonesia itu kaya, benar adanya.

  4. Mas Aip, itu modelnya geulis pisan hihi. Wah baru tahu ada seni ini dan miris karena harimau udah punah ya 🙁 dan nasinya asli ngencesin

  5. Duuh Kang, aku ngiler banget lihat liwet jolem. Bumbu ikan di nasi pasti meresap banget ya..
    Ngomong-ngomong soal seni badud, tadi aku kira seni badut 🙂

Tinggalkan Balasan ke EviBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.