Hello Apa Kabar TemenAip, yang suka nonton Insta Story @Ariefpokto pasti udah tahu deh kalau beberapa hari yang lalu, Saya dan kawan-kawan pergi ke Karawang. Lalu banyak yang bertanya “Ngapain sih ?  Karawang kan gersang“ , “ Emang ada apaan di Karawang ?” dan aneka pertanyaan lainnya. Apalagi , Sehari Main Di Karawang.

Selain menjadi lumbung beras nasional, Karawang juga ternyata menyimpan beberapa potensi wisata lho Pemirsaa ! Ada wisata sejarah, wisata kuliner, wisata budaya dan yang paling gak nyangka , Wisata Candi ! Lha emang ada ?

Sepakat janjian dengan teman-teman, akhirnya diputuskan  berangkat rame-rame, dan kali ini ditemani wisata.teman.jelajah yang paham medan. Dengan hastag #KarawangDigoyang ( walau gak ada adegan joed-jogednya) Kamipun berangkat.

Bersama Sigit, Andrew, Juan, Ika, Irene dan Mardiah, Kami bertolak dari Meeting Point , Gramedia Matraman sekitar jam 9 pagi. Melewati jalur Kampung Melayu dan Otista, Kami akhirnya masuk jalan tol, yang sayangnya tidak bisa naik tol Japek Elevated karena nanti keluarnya kejauhan.

Keluar Exit Karawang Barat, langsung berasa deh eksotika cuaca Karawang ya. Tujuan pertama adalah mengunjungi Situs Batujaya ! Ikuti saja arah menuju Rengas Dengklok, nah nanti sesampainya disana, dari pasarnya ikuti petunjuk menuju Batujaya. Kira-kira 12 KM disebelah kanan jalan ada gapuranya. Lokasinya berada di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Wisata Sejarah Situs Batu Jaya

Disini ada sebuah kompleks museum lengkap dengan candi-candinya. Karena ternyata wilayah ini adalah kerajaan Tarumanagara. Dekat dengan sungai Citarum dan juga dekat dengan laut (kira-kira 6 KM garis pantai utara Jawa Barat yaitu pantai ujung Karawang) membuat wilayah ini ideal sebagai peradaban yang subur.

Situs ini pertama kali diekskavasi pada tahun 1985 dan dilanjutkan pada tahun 1986 oleh tim Arkeologi Fakultas Sastra, Universitas Indonesia yang berhasil menampakkan seluruh permukaan bangunan yang tersisa dan beberapa bagian kaki candi. Pemugaran Candi Jiwa dimulai pada tahun 1996 dan selesai pada tahun 2001.

Sekarang peninggalan-peninggalan ini bertaburan di tengah persawahan luas. Dulunya peninggalan ini berupa gundukan-gundukan tanah yang dinamakan Unur oleh masyarakat setempat. Ternyata dibawahnya ada peninggalan berupa Candi, Rumah, pemakaman dll.

Di situs ini ada puluhan buah candi, tapi belum semuanya direstorasi.

Candi Jiwa

Pertama yang dikunjungi adalah Candi Jiwa. Kita mesti jalan dulu melewati persawahan. Tapi jalannya sebagian besar udah disemen sih. Jadi santai. Di kiri kanan kadang kita bisa jumpa dengan Pak Tani dan Bu Tani yang sedang bekerja menanam padi.

Lalu terlihatlah struktur berwarna merah bata dalam bentuk kotak simetris. Di sisi kiri dan kana nada pohon Bodhi ( pohon yang sama tempat semedi Buddha Gautama). Kontras banget warnanya. Di tengah persawahan hijau ada struktur ini. Sama dengan Candi Borobudur, Candi Jiwa ini adalah tempat ibadah untuk umat Buddha.

Jangan dibandingkan dengan Candi Borobudur dan Prambanan yang relatif utuh, struktur Candi Jiwa ini bagian atasnya nggak ada. Bahannya pun beda, kalau di Borobudur pakai batu Andesit yang abu-abu, disini pakai bata merah.

Bangunannya berukuran 19 x 19 m dan tinggi 4,7 meter ini, tidak memiliki  tangga masuk dan di bagian permukaan atas ada susunan bata yang melingkar dengan garis tengah sekitar 6 meter yang diduga merupakan susunan dari bentuk stupa.

drone shot by Juan Andrian

Jadi kalau dibayangkan, struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga teratai. Di tengahnya ada semacam bekas stupa atau lapik patung Buddha. Jadi saat umat Budha beribadah disini sepertinya mereka mengelilingi Candi Jiwa dengan perputaran arah jarum jam atau pradaksina

Kenapa Namanya Candi Jiwa ?

Jadi TemenAip, dulu pas zaman sebelum direstorasi, tempat ini dinamai Unur Jiwa oleh penduduk. Berupa gundukan tanah gitu. Nah ceritanya, setiap ada orang yang menambatkan hewan ternaknya di atas Unur Jiwa, ternak itu akan mati. Terenggut jiwanya.. Serem juga ya. Penyebabnya gak pernah ketauan. Kalau dibilang kepanasan, semuanya juga panas disana. Kalau beracun, entah racun apa disana.

Pengunjung dilarang naik ke atas Candi Jiwa sih. Selain takut merusak situs, mungkin juga karena ini. Tapi pas pulang sempet melihat seorang pegawai sedang membersihkannya gak apa-apa tuh.

Misterius gak sih ?

Di Museum Candi Jiwa dipamerkan juga bahan bangunan Candi Jiwa seperti  lempengan-lempengan batu bata. Jadi jaman baheula, penduduk disana membuat batu bata dengan cara dibakar dengan kayu , jadi  lebih terlihat gosong dibandingkan dengan batu bata zaman now yang dibakar pakai oven. Yang bikin beda lagi adalah  batu bata di sini , ukuran besar banget dibanding batu bata yang kita tahu sekarang.

Selama di Candi Jiwa, Kami menikmati pemandangan dari bawah Pohon Bodhi , karena adem banget. Kedua pohon ini tumbuh subur. Dan cuaca di sini lumayan panas, jadi make sure bawa topi, paying, sarung supaya terlindung dari terik matahari.

Candi Blandongan

Nah kalau ini adalah Candi yang lebih luas dan megah dibandingkan Candi Jiwa. Secara luas banget. Dan dulunya ketika digali disini ditemukan kerangka manusia dan  juga aneka jimat dari abad 4 Masehi. Kebayang zaman dulunnya seperti apa.

Kalau disini ada tangganya. Dan terdapat banyak sisa plesteran disini

Candi ini juga terbuat dari batu bata merah, yang unik ada yang bentuknya melengkung cembung gitu, kebayang susah buatnya.

Dan yang menarik ada teori yang bilang kalau candi blandongan itu sebenarnya adalah rumah megah, penuh dengan harta benda di dalamnya. Huwow banget kan ? Masih banyak informasi yang perlu digali.

Serabi Hijau Kuntilanak Rengas Dengklok

Selepas terpukau dengan Candi-Candi Karawang, giliran Kami terpukau dengan kulinernya. Kamipun kembali ke Rengas Dengklok, tepatnya ke Jl. Kalijaya, R.Dengklok Utara, Kec. R.Dengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41352 Karena disana ada Serabi Hijau !! Yang aneh , Namanya sempat popular dengan nama Serabi Hijau Kuntilanak !! Wow , sempet kepikiran, apakah serabi ini terbuat dari Kuntilanak pilihan ??

Ternyata bukan, TemenAip, ini karena warungnya ada di depan kuburan, mungkin dulunya jadi tempat nongkrong Kuntilanak pilihan. OK, back To Serabi. Disini tempat makannya ada depan rumah, jadi kayak kita bertamu depan teras orang lah gitu, atau kalau mau bisa makan di tempat jualan es kelapa di seberang jalan juga boleh.

Yang agak serem adalah antriannya ! ih kok rada Panjang sih, di sisi lain, jadi yakin kalau rasanya enak. Tapi untung buat makan di tempat, Kita ga perlu nunggu lama  buat makan Serabi Hijau ini. Yang lama itu kalau dibungkus, soalnya rata-rata bungkusnya banyak. Dan karena dimasak pakai kayu otomatis lebih lama buatnya. Tapi harus pakai kayu biar enak kan ?

Disini ada dua varian Serabi. Ada Serabi Kuah Kinca Pandan dengan harga Rp.5.000 dan varian Serabi Kuah Durian dengan harga Rp.6.000

Kita bakal dapat dua buah Serabi yang ukurannya cukup besar berwarna hijau. Warnanya mirip kulit Hulk deh kayaknya. Teksturnya bagus banget, empuk dan rongga-rongga udara didalamnya nyata, berkat kayu bakar yang panas. Dicelupkan dalam kuahnya, lalu…Blaemm..

Rasanya enak banget. Perpaduan rasa pandan, daun suji (aroma pewarna alami hijau Serabi) dan manisnya kinca gula merah berpadu di mulut. Makannya menimbulkan rasa kebahagiaan. Sejujurnya kalau gulanya dikurangin sedikit pasti sempurna deh.

Yang Kuah Durian lebih enak, aroma duriannya ada, tapi gak berlebihan.Rasa duriannya keluar sepadan dengan rasa Serabinya. Perpaduannya pas banget.

Makan Serabi ini memuaskan banget deh. Jadi kepengen bungkus , tapi males antrinya. Dan sayangnya dia gak buka cabang, jadi kalau mau harus kesini TemenAip.

Rumah Sejarah Presiden Soekarno dan Bung Hatta

Selanjutnya Kami mengunjungi Wisata Sejarah , yaitu Rumah Sejarah Presiden Soekarno. Rumah ini milik Djie Sie Kow

Rumah ini terawat dengan baik dan suasananya cukup adem. Alamatnya ada di  Jl. Perintis Kemerdekaan No.33, R.Dengklok Utara, Kec. R.Dengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41352

Rumah ini adalah saksi sejarah tempat Bung Karno dan Bung Hatta diamankan untuk dimintai pengumuman proklamasi secepatnya, mumpung Jepang kalah perang, keburu dijajah bangsa lain kan. Kalau ga ada peristiwa ini, mungkin kita ga merdeka..

Bendungan Walahar

Bendungan peninggalan Belanda ini bangunannya unik banget. Bendungan merangkap jalan. Arsitekturnya rada mirip sama Pintu AIr di Tangerang, cuman Bendungan Walahar itu juga jadi jalan buat lewat, sempit banget, mobil harus gantian buat masuk kesana.

Pemandangan disini cukup cakep buat foto-foto, mesti turun dikit dulu dari pinggir jalan.

Kuliner Pepes Jambal

Sebenarnya kedatangan Kami ke Bendungan Walahar salah satunya karena ingin mencicipi Kuliner Pepes Jambal H Dirja yang terkenal itu. Apa daya, Kami datang jam 6 sore dimana rumah makannya sudah tutup. Kecewa pemirsah, tapi karena perut sudah bergejolak kawula muda , otomatis harus dicarai penggantinya. Sebenarnya di Google Maps terdeteksi beberapa restoran lain yang menjual menu ini. Tapi rata-rata sudah tutup. Kompak banget ya. Sampai akhirnya selepas mobil melewati jembatan / bendungan walahar, Kami menemukan sebuah warung makan terang benderang bertuliskan Pepes Jambal Ibu Mamah.

“Makan disitu aja “ , tak seorang pun membantah… Sayapun segera memarkirkan mobil di depannya.

Walaupun sedang lapar, Kami tetap berhati-hati dan bertanya harga makanan. Karena disini modelnya dihidang seperti di Restoran Padang. Satu pepes jambal dibandrol Rp.12.000 , pepes Ayam Rp. 17.000, Pepes Peda Rp. 15.000 , masih masuk akal lah.

Lalu dihidangkanlah aneka menu makanan penuh selera mulai dari aneka pepes, semacam rempeyek udang , orek tempe, tumis jamur, lalapan yang banyak dan juga sambal yang pedas dan sedap ditambah Nasi sebakul yang bisa direfill.

Pepes Jambalnya terpujiii.. Potongan daging ikan Jambal segar  dibalur aneka bumbu seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, sereh yang melebur sempurna dengan rasa ikan. Apalagi bagian perutnya yang berlemak. Mantap banget. Sesuai harapan.

Rempeyek udangnya fresh bangeet baru digoreng, pakai udang segar juga, enak dimakan hangat, gurih. Sambel terasinya pedas. Mantap jadi teman makan. Tumis jamurnya pakai jamur kancing. Enak, simple, bumbunya gak macam-macam.

Pokoknya Kita bertujuh makan puas dan senang. Sampai lupa foto-foto. Dan semuana total habis Rp.247.000. Harganya masuk akal banget. Perut kenyang, mata pun mengantuk hahaha. Tapi karena langit sudah bergemuruh pertanda akan  datang hujan besar , Maka Kamipun beranjak pergi ke Jakarta.

Perjalanan ke Karawang ini menyenangkan banget , karena mengungkap sisi lain dari Karawang yang selama ini hanya persawahan, pantai dan juga area industry di mata Saya. Padahal ternyata ada juga potensi wisata yang besar disana.

Kayaknya saya mau balik lagi. Masih penasaran sama Pepes Jambal H.Dirja Walahar… hahahha

oiya, kalau mau jalan-jalan kesana atau ke destinasi wisata lainnya, bisa bareng Teman Wisata Jelajah, asik, tempatnya seru-seru, informatif dan ga ngebosenin

https://www.instagram.com/p/B8rQsKSg3T6/?utm_source=ig_web_copy_link

13 comments

  1. Duuh ternyata sedikit demi sedikit tergali ya cagar budaya dan asal-usul nenek moyang di Jawa Barat. Dulu cuma tahunya hanya Candi Cangkuang doang candi Jabar itu ternyata ada Candi Jiwa dan candi-candi di sekitarnya. Semoga setelah ini masih ada penemuan lainnya yang semakin menunjukkan tentang sejarah dan asal muasal Suku Sunda dahulu kala. Btw beberapa koasakata Sunda, Jawa ternyata banyak mirip dengan bahasa di Filipina. Aku aja shock.

  2. Kerawang jarang banget dieksplor ya Kang, jadi nggak kedengeran wisatanya. Satu-satunya wisata yang saya tahu ya Rengas Dengklok itu Kang. Dulu … duluuuu banget waktu masih SD pernah ke sana. Kalau nggak salah dulu ada kolam renang alami, entah sekarang masih ada apa kagak.

  3. Karawang ternyata banyak juga obyek wisatanya ya, seru-seru kayak candi jiwa yang agak bikin merinding hehe..ngakak baca serabinya terbuat dari kuntilanak pilihan, kok seraaam hahaha

  4. Sederhana banget ya bentuk Candi Jiwa. Kalau Candi Blandongan ada tangga-tangganya seperti terlihat pada foto. Situs purbakalanya ternyata ada juga. Btw serem juga ya zaman dulu ternak di Unur Jiwa bisa mati. Jangan2 manusia kelamaan berdiri di situ juga bisa meninggal…hiiiiiii 🙁 Itu serabi hijau rerumputan ya, murah amat 2 buah 5K 6K harganya.

  5. Eh, kalo ada rencana jalan tipis-tipis lagi aku diajak dong, kangen kumpul sama travel blogger akutu. Siapa tau bisa bantu cari gratisan hotel.

    Aku pernah ke Karawang tapi buat staycation doang hehe, sampai di hotel udah mager ke mana-mana haha. Waktu itu di Brits Hotel. Btw aku baru tau lho ada candi di Karawang. Bukan cuma satu, tapi malah dua! Ke sana kemari selama di Karawang naik apa, mas?

  6. Ternyata seru juga, ya, wisata ke Karawang. Baru tahu ada Candi Jiwa. Itu aslinya ada kerangka manusia, Kak?

    Jadi inget juga peristiwa bersejarah di Rengasdengklok. Btw itu nama surabinya unik banget, ya? Surabinya berwarna hijau dan dinamai Kuntilanak juga. Rasanya enak, ya, Kak?

  7. Aiish serunya, sampai mau kebawa payung terbang. Situs purbakalanya keren ya, pakai bata merah. Jarang tuh, soalnya konon bata merah lebih cepat lapuk daripada batu andesit. Serem juga, kalau ternak ditambatkan di sana lalu mati…
    Mau tuuuh aku serabi kinca. Gurih lah ya…

  8. Unik juga, candinya bukan dari batu andesit tapi dari batu bata merah.. Malah jadinya kaya candi2 di Sumatera.. Contohnya di Dharmasraya Sumatera Barat, ada juga candi yang materialnya dari bata merah, dan kondisinya sama kaya candi jiwa ini, atasnya udah ilang,, udh tinggal separo aja,, mirip gini juga bentuknya..

    -Traveler Paruh Waktu

  9. Wahh ternyata banyak juga ya yang bisa dieksplorasi di Karawang. Selama ini gak kepikiran buat main kesana karena tempatnya yang terkenal gersang itu. Haha

    Salam hangat dari kami Ibadah Mimpi

  10. ishh kang aip, ternyata Karawang ada tempat wisata yang seru ya. Kalo denger dari temen-temen itu biasanya mereka hanya kuliner sama mancing hahah. Cakep ih. Soerabinya juga menggiurkan bener deh 😀

  11. aku baru tahu kalau di Karawang ternyata ada candi & situs purbakalanya juga. soalnya kalau denger Karawang gak bakal kepikiran bakal ada wisatanya juga. btw serabi kuntilanaknya looks tempting gitu ya warnanya, bener-bener dari kuntilanak pilihan wkwk

Tak komentar maka tak sayang. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf, tidak menerima komentar dengan active link. Terima kasih sudah berkunjung

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.