Hello TemenAip ! Apa Kabar ? Beberapa hal yang amat biasa sebelum pandemi ini menjadi luar biasa bagi Saya. Banyak hal yang dulu lazim dilakukan sekarang jadi makin jarang dan menjadi istimewa. Salah satunya adalah makan nasi padang dihidang dan makan langsung di rumah makan Padang.

Ternyata tidak sedikit yang mengalaminya. banyak temen yang sudah lama tidak ke mall, tidak piknik, tidak jalan-jalan, demi menjaga kesehatan dan keselamatan keluarga.

aneka hidangan Minang

Saya pribadi jarang makan di tempat umum seperti restoran. Biasanya selalu memilih dibungkus atau membeli online via ojek online atau fasilitas pengiriman restoran.

Dan TemenAip Tahu Nggak ? Sudah Dua Tahun Saya Tidak Makan Nasi Padang DIhidang !!

Sempat Takut

Sejujurnya selama pandemi ini sempat takut untuk makan nasi padang di tempatnya langsung. Pertama karena sempat takut tertular covid-19 , apalagi Rumah Makan Padang langganan yang sudah terbukti enak, lezat, laziz, raos, cucok marucok itu tempatnya kecil banget, dijamin terjadi kontak fisik deh. Itulah kenapa tidak pernah makan lagi disana.

Rindu

Sejujurnya merindu makan nasi Padang dihidang tuh, ada sensasi tersendiri ketika aneka sajian khas Minang dibawa di atas piring-piring kecil lalu diantarkan ke meja kita.

Satu persatu hidangan khas minang memanjakan penglihatan dan penciuman , aneka masakan sedap seakan melakukan parade memamerkan kelezatan masing-masing di atas meja.

Lalu pikiran kita akan segera disibukkan dengan pilihan menu mana yang akan dipilih ? Mana yang akan dimakan karena menggugah selera dan pastinya jadi lapar mata. Walau dalam proses ini biasanya suka sekelibat pemikiran bujet berapa yang harus dikeluarkan muncul, tapi segera ditepis karena kalah sama nafsu makan yang menggelora.

nasi bungkus

Biasanya kalau dibungkus menunya terbatas, paling ayam, rendang dll. Dilengkapi dengan nasi, sayur nangka, sayur singkong, sambal dan aneka kuah.

Sudah rindu sekali, lama sudah tidak mendapatkan pengalaman makan nasi padang dihidang, apalagi saat pandemi datang, punah sudah kesempatan itu. Sudah lama rasanya tidak makan Nasi Padang dihidang….

Akhirnya Kesempatan Itu Datang

Kalau rejeki tak akan kemana , akhirnya kesempatan makan nasi padang dihidang datang juga saat berbuka puasa di wilayan Depok. Saya beserta kedua orang tua sengaja datang setelah adzan magri berkumandang untuk meminimalisir ramainya pengunjung Rumah Makan Padang itu.

Alhamdulillah pas datang suasana sepi karena pengunjung sudah pulang , ada yang buka bersama , ada pengunjung biasa, sempat papasan dengan rombongan mereka keluar parkir.

Makan Nasi Padang Dihidang

Tak lama setelah Kami memilih tempat duduk di meja panjang dalam Rumah Makan itu , Para pramusaji pun dengan cekatan , dari buffet Rumah Makan Padang itu dibawakanlah Kami aneka macam hidangan Minang yang sudah lama tidak makan.

Pemandangan yang indah saat Uda-Uda itu membawa piring yang disusun sedemikian rupa di tangannya supaya bisa membawa banyak piring hidangan ke meja kami.

rendang

Satu persatu diletakkan di atas meja. Mulai dari rendang, gulai nangka, gulai ayam, gulai cumi, ikan bakar, dendeng basah, sambal hijau, gulai kikil ( tunjang), gulai otak, sambal goreng kentang ati ampela, Ayam Pop beserta daun singkong dan Sambal merahnya.

Auto bahagia melihatnya. Alhamdulillah masih bisa dapat rejeki makan seperti ini. Sebuah pengalaman luar biasa di saat pandemi buat Saya.

Dan terjadi lagi, bingung mau makan apa ? Selalu begitu kalau makan nasi padang dihidang gini tuh.

Tonton juga pengalaman makan dihidang di Rumah Makan Lamun Ombak di Padang

Jadinya Pilih Apa ?

Setelah berpikir tidak panjang, Saya langsung menuangkan kuah gulai ayam ke atas nasi, lalu menambahkan sambal goreng kentang ati ampela, lalu mengambil sayur daun singkong rebus dan sambal hijau. Tak lupa menyendok sepotong gulai otak ke piring Saya.

Sempurna !

Kenapa Saya piih menu ini, karena biasanya kalau pesan nasi padang dibungkus kalau nggak ayam, ya rendang menunya, jarang variatif kayak dihidang gini. Nah Saya suka sekali gulai otak, lama ga makan, kalau sambal goreng kentang ati ampelanya , memang menggugah selera, jadi Saya ambil.

Lamak Bana

Waduh Saya pas banget memilih menu-menu ini, nasi pulen disiram kuah gulai yang gurih, kontras dengan sambal hijau yang cukup pedas, dipadu dengan gulai otak yang teksturnya seperti tahu, tapi rasanya creamy dengan ulasan kuah gulai, lalu ditambah tekstur kentang dan ati ampela yang cukup pedas.

Lamak bana rasonyo. Rancak ! Saya sangat menikmati hidangan kali ini. Benar-benar puas makannya , sampai akhirnya sajian di piring Saya sudah mau habis.

Tambuah Ciek

Karena Nasi dan lauk hampir habis, Saya pengen nambah. lalu teriak ” Tambuah Ciek”. Nah ini juga yang Saya kangenin ! Nambah Nasi ! Disajikan di piring kecil, Nasi putih hangat dan pulen datang.

Untuk lauknya Saya pilih Ayam Pop, ini juga jarang Saya makan kalau dibungkus, karena menurut Saya Ayam Pop itu paling enak makan di tempat. Ayam Kampung direbus dengan air kelapa dan bumbu, lalu digoreng sebentar dan disajikan dengan sambal merah dan daun singkong.

Rasa Ayam Pop nya gurih , legit dari air kelapa , digorengnya pas. Dicelupkan ke Sambal merah yang ada rasa asamnya, sedikit pedas, ada manisnya, perpaduan rasa yang mantap surantap !

Tak Terasa, hidangan ronde kedua ini pun ludes Saya makan.

Alhamdulillah.

Perhitungan

Setelah beres makan, Kami pun memanggil Uda untuk melakukan perhitungan. Seru melihat beliau memeriksa setiap piring yang ada di meja. Menginventarisir hidangan mana yang Kami makan dan mana yang tidak kami sentuh. Di Rumah Makan Padang Kita akan membayar makanan yang kita makan, jadi sebaiknya jangan mengacak-ngacak makanan yang tidak kita makan. Kecuali kalau kita ambil kuahnya saja, tapi pastikan rapi ya, jangan berantakan.

Sungguh sebuah pemandangan yang sudah lama tidak Saya lilhat, begitu cekatan dan teliti Sang Uda dalam menghitung.

Setelah selesai menghitung, Kamipun diberikan kertas berisi catatan makanan apa saja yang kita makan. Lalu Kamipun diarahkan ke kasir untuk membayar.

Di kasir , Kami diminta membayar Rp.137.000 , untuk makan bertiga dengan aneka lauk yang dimakan. Cukup masuk akal makan dihidang dan bebas memilih.

Dan yang pasti pengalaman yang menarik setelah 2 tahun tidak makan Nasi Padang dihidang seperti ini.

Prokes RM Padang

oh iya satu hal yang membuat betah disini adalah protokol kesehatan dijalankan, pas masuk dicek suhu tubuh. Physical distancing juga dilaksanakan didukung luasnya area makan, dan aneka macam hidangan disajikan dengan ditutupi plastik. banyak tempat cuci tangan dengan sabun. Para pramusaji dan kasir juga memakai masker. Situasi ini membuat Kami merasa lebih tenang.

Sungguhlah Pandemi ini mengubah banyak hal. Hal yang dulu biasa, menjadi luar biasa. Tapi hidup terus berjalan, yang pasti adalah Kita harus bisa beradaptasi dengan situasi pandemi seperti ini.

26 comments

  1. ondeh mandeh, lamak bana itu . Euh jadi kangen makan di restoran padang juga. Jujur kami pun selama pandemi in itidak pernah lagi duduk makan di resto makanan padang.

  2. makan nasi padang itu memang kenikmatan tiada tara ya mas.
    aku pun juga suka makan nasi padang , menu favoritku saat makan nasi padang ya rendang

  3. Aku tuh kalau makan nasi Padang kudu banget dateng ke tempat makannya langsung.
    Karena sensasi rasanya sangat jauh berbeda ketika makan di tempatnya sama dibungkus.

    Jadi ingat momen dimana kami harus menunggui Bapak rahimahullah sakit.
    Kami hampir tiap hari makan nasi padang. Jadi rindu.

  4. Ya ampun ini nasi padangnya kok menggoda sekaliiii. Saya makan nasi padang biasa aja sih, ga yang favorit gimana, soalnya belum nemu nasi padang di Makassar yang enak banget sampe bikin terbayang-bayang gitu.

  5. Wah keren nih rumah makan padangnya. Taat prokes ya. Di aku masih pada belom disiplin. Jadinya masih belom berani makan dengan cara dihidang begini. Aku masih beli dengan cara dibungkus aja. Huhu kangen deh ih makan dengan cara dihidang begini.

  6. Aku jadi pengen makan nasi padang dihidang juga bang….. pertanyaannya kenapa ya nasi padang di bungkus sama makan di tempat itu banyakan yang dibungkus??? hehe

  7. Beda ya, kak Aip, kalau menu masakan Padang ini dibungkus.
    Memang lebih yahuud kalo makan di tempat makannya. Plus service manis dari penjualnya berupa teh tawar.
    Aku paling suka kalau beli minta kuah rendang yang melimpah disiramkan ke nasinya.
    Yummii~

  8. Wahiya, legend banget makan dinRumah Makan Padang terus dihidang. Demi apa sampai lupa kapan terakhir bisa makan begini. 🙁
    Jadi rindu.. mana itu ayam popnya seksi banget, lagi.. uwuuu! Jadi pen nasi padang tengah malem 😐

  9. Kayaknya makan makanan padang yang dihidangkan begini itu… heumm… terakhir itu sebelum nikah deh! Yang artinya 7 tahun yang lalu. Hahaha biasanya bungkus atau pas makan di tempat langsung milih lauknya aja di depan. Baca postingannya jadi merindu juga makanan padang yang dihidangkan beginin. Kangen ayam pop akutuh.

  10. Sama Kang Aip.
    Gulai otak, daun singkong rebus dan sambal ijo, 3 sekawan yang nyaris tak pernah aku lewatkan saat di rumah makan padang.
    Sesekali aku juga pesan tumis tauge dan anyang (tumisan kembang kates/pepaya plus santan)

    … dan ini semua menu beerbahaya bagiku!
    Soalnya 2 piring nasi bisa terhempas, hahaha.

    Aku juga sudah mau 2 tahun ga ke restoran padang.
    Baca ini saja dulu lah, hitung-hitung pemansan, hahaha.

  11. sayapun bisa dihitung jari sih buat makan nasi padang di restaurant nya langsung, alasannya cuma sepele kalau dibungkus porsi nasinya banyak banget dan lumayan hitung-hitung jatuhnya agak hemat sih.

  12. Pandemi ini mengubah segalanya dari cara komunikasi hingga cara makan di tempat. Saya terakhir makan padang prasmanan itu dua tahun lalu. Emang beda ya saat langsung makan di RM Padang berasa nikmat dan syahdu gimana gitu.

  13. Nasi padang lauk rendang itu makanan dewa dewi, kelezatannya tiada tara, kenikmatannya bisa membuat lupa dunia.
    Pernah mengalami pengalaman lucu ketika makan pertama kali rumah makan padang bersama keluarga. Kan setiap kali makan di rumah makan padang, tuh segala lauk pauk dikeluarkan semua di meja, karena itu pengalaman pertama, saya tidak tahu jika itu semua makanan sistemnya bayar apa saja mmakanan yang dimakan. Karena saya tidak tahu, dengan lugunya saya ambil saja tuh lauk pauk yang disandingkan di atas meja, sudah begitu nambah nasi pula. Pas makan mah ga ada pikiran apa-apa, eh pas dihitung-hitung ternyata totalnya banyak, dan terbanyak itu dikarenaka itu tadi saya ambil lauk pauknya asal ambil aja, lha dikira gratis. Beruntungnya, bapak kala itu baru gajian jadinya aman.

    Sejak saat itu, ketika makan naspad di tempat, pilih lauknya sesuai dengan selera dan kapasitas dommpet saja. Atau juga makanannya dibungkus untuk dimakan di rumah, biar nasinya dapat banyak

  14. Saya pun selama pandemi tidak pernah lagi masuk ke rumah makan padang. Ngeri aja karena menu dihidangkan secara terbuka gitu. Kalau gak dimakan akan ditarik lagi dan diberikan ke tamu berikutnya. Nah kemarin sudah gak tahan akhirnya mampir juga ke Sederhana di Serpong. Untungnya pola hidang mereka sekarang sudah sedikit berubah. Semua menu hidang di wraping dengan plastik. Jadi hanya dibuka apa yang ingin kita makan. Nah kalau begini kan lebih higienis ya

  15. Waduh nyaris saya tidak bisa menyelesaikan membacanya. Sebagai penggemar nasi padang fikiran saya melayang-layang saat mebacanya. Tulisan ini cocok di baca dengan nasi padang yang terhidang di depan mata.

  16. Waduh auto ngiler bacanya, udah lama banget enggak makan langsung ke RM padang hihi. Aku tim rendang sama daun singkong, tapi kalo di tempat langgananku biasanya kalo dibawa pulang malah lebih banyak 😀

  17. Sebenernya sebelum pandemipun, apalagi di saat pandemi, aku memang jarang makan nasi Padang di tempat mas. Lebih seringnya bungkus.

    Karena kalo buatku pribadi, makan nasi padang yg dibungkus, udh dicampur dengan kuah, sambel, sayur dan lauk, hasil racikan si penjual, itu jauh LBH enak drpd aku yg nambahin lauknya hahahahah.

    Preferensi sih yaaa…

    Kalo aku makan di tempat, dan nyampurin kuah dan lauknya sendiri, nth kenapa jd biasa aja.

    Kemarin pas staycation di hotel daerah Wahid Hasyim , aku Nemu rumah makan Padang enaaaaak dr aplikasi gofood. Blm terkenal, msh murah, tp rasa makanannya pas. Jd pengen lagi, tp lumayan jauh kalo pesen dr rawamangun :p. Ntr kalo LG di daerah Wahid Hasyim lagi, aku bakal pesen 😀

  18. Sebenernya, pas sebelum pandemi, atopun di saat skr, aku memang jrg makan nasi Padang lgs di tempat mas. Pernah, tp bisa diitung Ama jari.

    Selalunya lebih sering di bungkus :D. Ntah kenapa, kalo buatku pribadi, nasi Padang yg sudah diracik Ama campuran kuah , sambel juga lauk dr tangan si penjual, itu jauh LBH nikmat drpd aku yg ambil sendiri lauknya hahahha. Preferensi sih yaaa..

    Kemarin aku staycation di hotel daerah Wahid Hasyim, dan Nemu nasi Padang yg ga terlalu terkenal, murah dan enaaaak, dr aplikasi gofood. Isshh seneng bangetttt. Jd kangen mau pesen LG kalo ntr LG ke daerah Wahid Hasyim 😀

  19. aduuuh..saya langsung lapeeeer baca post ini, padahal sudah makan siang. haha… memang paling seru makan langsung di RM padang ya.. dan saya masih merasa rebusan daun singkong di RM padang paling juara deh!!

Tak komentar maka tak sayang. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf, tidak menerima komentar dengan active link. Terima kasih sudah berkunjung

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.