Rumah Suku Osing dan Plagak, tempat memainkan musik di musim panen


Dalam perjalanan menuju Air Terjun Jagir, Kita sempat mampir ke Desa Adat Osing di Kemiren.Kemiren adalah sebuah Desa di Kecamatan Glagah di Banyuwangi. Desa ini adalah Desa Wisata Budaya Osing , suku asli Orang Banyuwangi. Yang budayanya beda sekali dengan orang Jawa pada umumnya. Ada banyak hal yang membuat saya terpukau budaya dan kuliner osing di desa kemiren Banyuwangi.

Kalau datang pas waktunya, di desa ini banyak festival. Salah satunya Festival Kopai Osing.  Jadi setiap rumah di Desa ini akan menawarkan Kopi khas Osing dan juga aneka penganan khas di sana kepada para tamu. Di depan masing-masing rumah akan ditaruh meja dan kursi tempat para tamu duduk dan bercakap-cakap dengan tuan rumah. 

 Gratis tanpa dipungut biaya. Bayangkan di sepanjang jalan , setiap rumah menjamu para tamu dengan hidangan istimewa.

Di desa Kemiren ini terdapat sebuah cafe , artshop, Coffee shop , tourist information , juga tempat makan yang menyajikan makanan khas Osing. Namanya Pesantogan Kemangi. Lembaga Adat Using Kempen dan Karang Taruna Mekarsari. Tempat ini adalah salah satu tempat dimana kita bisa melihat kebudayaan Osing, mulai dari kuliner , musik, tarian, batik, dan banyak lagi.

Tempatnya merupakan sebuah bangunan yang terbuat dari kayu dan bambu, dengan bentuk atap yang sedikit berbeda dengan rupa bentuk rumah Joglo Jawa. 

Tempat duduknya terbuat dari bambu juga, dan terdapat sebuah panggung kecil tempat pemuda memainkan alat musik Osing yang terbuat dari bambu. Yaitu Angklung Paglak, yang suaranya merdu sekali. Biasanya saat musim panen atau musim tanam, mereka memainkannya diatas paglak. Sebuah bangunan mungil yang tinggi sekali di sebelah rumah.

Kami diberikan buku menu aneka makanan, dari makanan berat sampai jajanan. banyak nama asing bagi saya, tapi untungnya dijelaskan dalam buku menu, apa bahan-bahannya, seperti Kelemben, Jenang Bedil , bahan dasarnya ketan dengan kuah santan gurih, Gedang Goreng, pisang kepok yang direbus dimasukan adonan lalu digoreng, Apem Juruh Kopi , Apem yang terbuat dari tepung beras dan tape beras, gula aren dan dicampur kuah kopi robusta ! Tape Ketot ,dan banyak lagi. 

Untuk makanan berat ada  Pecel Pitik, ayam kampung dibawah tiga bulan yang dibakar di tungku, lalu dibalur parutan kelapa muda , sambal kacang dan kemiri. Masakan ini biasanya digunakan dalam ritual adat masyarakat Using. Ada pula Uyah Asem, Ayam kampung muda , dipadu dengan sayur buncis dimasak dengan tunas lucu atau kecombrang. Karena masih kedinginan setelah bermain air di Jagir, saya pesan Uyah Asem,  pakai Nasi, Gedang Goreng, Bang Oji pesen Serabi.

Sebenarnya saya ingin mencicipi Kopai Osing, andalan dan kebanggaan disini, tapi karena semalamnya saya kurang tidur dan hari ini beraktivitas cukup berat, dengan berat hati saya tidak pesan. Tapi saya beli kopainya buat dinikmati di rumah.

Tak lama pesanan pun datang. Uyah Asemnya enak, saripati ayamnya sangat terasa. Tapi tidak eneg karena bumbunya asem-asem seger.


 Gedang Gorengnya istimewa. Pisang Goreng tapi bentuknya ellips seragam. Warnanya kuning kecoklatan cantik menggugah selera. Serabinya juga gurih dan manis dengan gula Jawanya. Sedap sekali masakan Osing ini. dan disini harganya murah dan meriah, tapi tidak murahan.

Sebelumnya saya sempat makan siang di warung dekat Kemangi ini. Jadi karena Kemangi baru buka jam 12 , sementara  kita udah lapar, mampirlah kita ke Warung itu. Lupa namanya. Kita pesan Nasi Tempong. 

Nasi Tempong itu sebangsa Nasi Rames, dengan Sambal Tempong yang khas , karena dibuat dengan bahan tomat Ranti yang keriting bentuknya. Lalu ditambahkan Tempe Banyuwangi, dan lalapan yang ada terongnya. Waduh Rek, Sambal Tempong itu Juwarra deh. Rasanya Seger, karena memakai jeruk nipis dan tomat ranti, dan pedees tapi enaak !! Tempenya sedap, tempe banyuwangi adalah salah satu tempe terenak yang pernah saya makan. 

Sayang karena faktor waktu yang sempit, segera kami berangkat lagi pulang. Tampaknya harus kembali lagi kesini untuk mengeksplor kebudayaan Osing yang menarik. Pengen datang pas festival Kopi, ikut memproses kopi dan juga ada masa dimana mereka menjemur Kasur untuk menolak bala. Menarik sekali tampaknya. Bener-benar terpukau budaya dan kuliner osing di desa kemiren Banyuwangi.

Mewahnya Indonesia , negara yang memiliki banyak sekali suku budaya, dengan aneka ragam dan bahasa. Alangkah indahnya agar tetap lestari

4 comments

Tak komentar maka tak sayang. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf, tidak menerima komentar dengan active link. Terima kasih sudah berkunjung

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.