Hello TemenAip apa kabar ? Setelah 8 bulan di rumah saja, akhirnya Saya berkesempatan Aiptrip lagi, kali ini dalam rangka Tansmate Journey Tanjung Kelayang Belitung. Sebuah perjalanan yang luar biasa sekali karena ini menjadi pengalaman yang takkan bisa dilupakan.  Bayangkan , bepergian lagi setelah 8 bulan di rumah saja, tidak kemana-mana.

Transmate Journey

Bulan Oktober 2020 ini ada 4 team Transmate yang terpilih berangkat ke 4 tujuan KSPN yaitu Toba, Tanjung Kelayang Belitung, Banyuwangi dan juga Toraja. Saya Bersama Rafika Aulia kebagian Tanjung Kelayang, Belitung.

Transmate adalah komunitas yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan isu dan kemajuan sektor perhubungan di tanah air.

Perjalanan Selama Pandemi

Terus terang Saya masih memiliki kekhawatiran untuk berangkat setelah 8 bulan tidak berpergian. Apalagi selama ini Saya benar-benar di rumah saja. Paling keluar hanya untuk hal-hal yang penting. Namun selain untuk menjalankan tugas, perjalanan ini juga penting karena Saya perlu tahu bagaimana perjalanan selama pandemi ini.

Banyak hal yang berubah. Kebiasaan baru dijalankan selama di perjalanan, terutama 3 M , Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci tangan dengan sabun memakai air mengalir.  Kebiasaan baru ini perlu banget dijalankan untuk keselamatan bersama.

Apalagi Saya menggunakan banyak macam transportasi umum, mulai dari Kereta Api ,Pesawat Terbang , Kendaraan Online, Bis, Kereta Bandara, Ferry dll.

Sudah barang tentu perlu banyak persiapan, bukan hanya persiapan fisik yang sehat, tapi juga membawa perlengkapan seperti masker , hand sanitizer , vitamin, dan juga Surat hasil rapid test dengan hasil yang non reaktif. Alhamdulillah, Saya sudah melakukan test di RS. TMC Tasikmalaya dan hasilnya non reaktif.

Kereta Api Tasikmalaya – Stasiun Pasar Senen

Perjalanan dimulai dengan menumpangi Kereta Api Serayu dari Tasikmalaya jurusan Stasiun Pasar Senen. Naik Kereta Api ini termasuk jarak jauh , karena waktu tempuhnya hingga 8 jam. Di stasiun ada serangkaian protokol Kesehatan yang harus dijalankan. Pertama Kita harus memiliki hasil rapid test atau hasil Swab/ PCR non reaktif. Di peron petugas akan mengecek suhu tubuh, lalu memberikan faceshield yang harus dipakai selama perjalanan.

ariefpokto naik kereta saat pandemi

Dalam perjalanan Saya cukup canggung karena sudah lama tidak naik kereta. Tapi akhirnya terbiasa , karena tempat duduknya dijaga jaraknya, sehingga Saya tidak duduk berdekatan dengan penumpang lain. Untuk menjaga keamanan , Saya juga menggunakan pakaian lengan Panjang sesuai anjuran, dan tidak banyak banyak jalan-jalan  di dalam kereta. Nonton perjalannya disini

Sampai di Stasiun Pasar Senen setelah perjalanan jauh kali ini, Saya melihat Stasiun cukup sepi, semua orang memakai masker, dan perjalanan pun Saya lanjutkan dengan kendaraan online.

Damri Rawamangun – Bandara Terminal 3 Soekarno Hatta

Perjalanan dilanjutkan dengan menumpang Damri Bandara dari Terminal Rawamangun ke Terminal 3 Soekarno Hatta. Supir dan petugasnya menggunakan masker. Bus jurusan bandara sudah stand by untuk mengangkut penumpangnya. Ketika Saya naik ada perubahan konfigurasi tempat duduk. Biasanya sebaris bisa diduduki oleh 4 penumpang, maka sekarang hanya bisa diduduki 2 penumpang saja. Ada tanda X pada tempat duduk yang tidak boleh digunakan.

Tak lama Bus Damri pun berjalan, melewati daerah Pemuda lalu naik ke jalan tol ke arah bandara. Tak sabar rasanya ingin sampai di bandara, sudah lama sekali rasanya tidak menapakkan kaki di bandara.

Matahari perlahan mulai muncul seiring dengan pergerakan Bus Damri yang mengantarkan Saya ke Bandara Soekarno Hatta. Saya perhatikan rata-rata penumpang terdiam dalam perjalanan, mungkin masih mengantuk juga karena kami berangkat pagi buta.

Penerbangan Ke Belitung Dengan Citilink

Pengalaman terbang kali ini cukup membuka wawasan. Karena terbang di saat pandemi seperti ini memang berbeda dibandingkan dengan masa biasa. Bandara terasa lebih kosong dengan berkurangnya volume penumpang yang cukup drastis.

Ada beberapa hal yang berubah  saat memasuki bandara, Kita harus melalui scanner suhu tubuh yang berjalan dengan otomatis. Petugas akan memantau penumpang dengan suhu tubuh yang tidak normal. Dimana-mana tersedia handsanitizer dan juga himbauan menjaga jarak.

Sebelum check in, para penumpang harus memvalidasi hasil Rapid Test / PCR / Swabnya di sebuah jalur khusus. Disana hasilnya akan dicek oleh petugas. Setelah itu baru bisa check in.

Check in pesawat terbang pun berjalan dengan mandiri, ada jejeran mesin cek in mandiri yang bisa Kita pakai dan membuat pengalaman cek in lebih mudah dan juga menjaga jarak.

Masuk ke pesawat sekarang lebih teratur, karena sistem pemanggilan penumpang berdasarkan nomor tempat duduk, dan orang-orang cukup teratur memasuki pesawat. Disambut pramugari berseragam hijau bermasker , Kami bergantian masuk pesawat dan duduk di tempat duduk sesuai boarding pass.

Ada penjedaan tempat duduk, dimana tiap orang tidak duduk bersebelahan, tapi ada seat distancing diantara Kami para penumpang. Selama penerbangan, Saya tidak melepaskan masker, begitu pula dengan penumpang lain dan awak kabin.

Setelah sekian lama tidak terbang, hati senang sekali akhirnya bisa Kembali terbang naik pesawat. Penerbangan kurang dari sejam berjalan dengan lancar. Rindu Saya melihat awan putih di antara langit biru dan pulau hijau kecil dari kejauhan akhirnya kesampaian.

Mendarat Di Bandara Hanadjuddin

Pendaratan berjalan mulus, dan Saya melihat Bandara Hanandjuddin dengan jelas. Akhirnya sampai juga di Belitung. Penumpang turun dibagi berdasarkan nomor tempat duduknya. Jadi bisa turu dengan teratur. Sistem seperti ini sangat bisa diterapkan dalam keadaan normal, karena lebih tertib dan tidak berdesakan. Biasanya kan suka ada yang tidak sabar ingin keluar lebih cepat.

Sesampainya di ruangan kedatangan Bandara Hanandjuddin, Kami diminta berbaris dan mengisi karrtu Kesehatan berwarna kuning yang menjelaskan data diri, asal dan tujuan, dan gejala sakit apabila ada. Bisa pula mendownload Aplikasi EHAC di smartphone jadi lebih cepat prosesnya dibandingkan dengan mengisi kartu kuning.

Setelah kartu kuning disobek bagi dua, satu bagian untuk petugas, satu lagi untuk saya, kamipun mengambil bagasi dan keluar dari area kedatangan.

DAMRI KSPN Tanjung Kelayang

Satu hal baru yang menyenangkan di Belitung adalah kehadiran Bis DAMRI KSPN ( Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Bis Damri khusus ini hadir untuk menyokong kebutuhan wisatawan yang akan plesir di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Tanjung Kelayang.

Bisnya masih baru dan juga nyaman, ber AC, dan juga menjalankan protocol Kesehatan dengan penyemprotan desinfektan setiap mau jalan. Dan juga pemberlakuan Seat Distancing, jadi ada tempat duduk yang tidak boleh diduduki untuk memberikan jarak dengan  penumpang lain.

Dengan harga Rp.45.000 saja Kita bisa menikmati perjalanan ke daerah-daerah wisata popular yang akan kita tuju.

Bis Damri baru ini punya rute yang mengantarkan kita ke berbagai destinasi pariwisata. Dan akan berhenti 10-15 menitan di lokasi wisata seperti di Danau Kaolin, danau yang berwarna kebiruan yang indah, yang menjadi destinasi wisata Belitung.

Praktis sekali, dari bandara Kita bisa diantarkan ke berbagai destinasi wisata sesuai rute yang tertulis di kaca Bus.

KSPN Tanjung Kelayang melayani angkutan pariwisata dengan rute

1. Bandara Hanandjoeddin – Tanjung Kelayang

2. Tanjung Pandan – Tanjung Kelayang

3. Belitung – Tanjung Kelayang

Hari pertama menginjakkan kaki di Kota Tanjung Pandan, Saya merasa senang karena infrastruktur seperti jalan dan jembatan di kota ini bagus. Kotanya juga bersih dan teratur. Sebuah Kota kecil yang menyenangkan. Banyak bangunan lama yang masih terpelihara dengan baik sampai dengan sekarang.

Satu destinasi wisata yang pertama Kami kunjungi adalah Batu Satam Square , sebuah tugu di persimpangan lima yang cukup sibuk. Di sekitarnya ada beberapa lokasi wisata sejarah seperti Rumah Kapitan, Jam Gede , lalu ada titik 0 Belitung.

Batu Satam penting sekali untuk orang Belitung. Batu Satan adalah batuan yang hanya ditemukan di pulau Belitung. warnanya hitam dan memiliki urat-urat yang khas. Batu ini terbentuk dari hasil proses alam atas reaksi tabrakan meteor dengan lapisan bumi yang mengandung timah  jutaan tahun lalu.

Menarik sekali melihat orang Belitung lalu Lalang mengitari Simpang Lima Satam Square ini. Kita bisa melihat sekilas kehidupan mereka dari Tugu ini.

Kuliner Belitung

Tak Lupa Kami mencicipi Kuliner Belitung yang terkenal, pertama Kami mendatangi Bakmi Atep Belitung. Hidangan khas Mie kenyal yang disiram kuah dengan rasa gurih manis dan ditambahkan udang, potongan kentang dan emping. Kombinasi rasanya sungguh luar biasa.

Ditambah minuman Es Jeruk Kunci yang segar sekali. Jeruk kunci adalah salah satu bahan khas yang biasa dipakai orang Melayu. Rasa jeruknya segar dengan aroma khas yang pastinya berbeda dengan jeruk nipis biasa, Pas banget dibuat Es.

Satu hal yang menarik adalah Saya melihat Belitung adalah daerah yang terbuka bagi pendatang. Terbukti dari Kakak Kasir yang berasal dari Kupang.

Satu destinasi kuliner yang tak sabar Kami coba adalah Kedai Kopi Kong Djie. Kami mendatangi kedai yang paling populernya yaitu di wilayah Siburik. Di kedai yang sederhana itu Kopi Kong DJie istimewa diseduh dengan teko Panjang dari besi yang dipanaskan. Aroma Kpinya saja sudah luar biasa. Saya memesan Kopi O, Kopi dengan gula tanpa susu. Wah rasanya memang istimewa. Campuran kopi yang dibuat kedai ini juara rasanya. Pas sekali. Badan langsung segar setelah meminum kopi ditemani sepiring singkong goreng. Rafika memesan Kopi Susu yang katanya mantap rasanya.

Kamipun sempat mencicipi aneka masakan Belitung seperti Gangan Pari, sejenis masakan kuah kuning yang segar, lalu baso ikan, cumi masak mansi di Dapor Sakato Belitong yang menyajikan aneka masakan Belitung. Masakan Belitung enak-enak dan dibuat dengan bahan yang segar terutama hasil lautnya.

Wisata Di Tanjung Kelayang

Nah ini saat yang Saya nantikan. Berwisata di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Tanjung Kelayang. Kita bisa naik Damri KSPN menuju daerah pantai yang memesona ini.

Di area ini ada sebuah bangunan besar tempat orang mengadakan event berbentuk Amphitheater, banyak pula toko dan warung makan yang tertata cukup rapi.

Tapi Garis pantai memanjang dengan pasir putih terhampar dan jajaran perahu warna warni siap mengantarkan wisatawan island hopping membuat hati senang sekali rasanya. Sudah lama tidak melihat laut.

Airnya bersih, bening sekali, lalu ada gradasi warna toska lalu semakin biru gelap seiring dengan kedalaman lautnya.

Saya dan Rafika menumpang Kapal Bersama Martin dan Edu yang mendampingi Kami island Hopping. Perairan yang biru dengan banyak bebatuan khas Belitung menjadi pemandangan Indah yang takkan terlupa. Kami mengunjungi Batu Berlayar, Pulau Burung dan snorkeling di sekitar Pulau Kelayang. Alam bawah lautnya masih bagus, senang sekali snorkeling disana. Dan untuk menghindari Covid19, Saya dan Rafika membawa alat snorkeling sendiri.

Mercusuar Pulau Lengkuas

Salah satu destinasi yang ikonik di Tanjung Kelayang adalah Mercusuar Pulau Lengkuas. Berdiri dengan gagah, mercusuar ini memiliki peranan penting dalam keselamatan pelayaran Setiap malam lampunya membantu memandu kapal yang melewati perairan Belitung.

Dan mungkin tidak terlihat adalah pekerjaan para penjaga mercusuar seperti Pak Misdi beserta rekannya yang selama ini berupaya memastikan lampu mercusuar berfungsi secara baik untuk membantu navigasi kapal-kapal mencari arah yang benar.

Saya dan Rafika sempat mengobrol dengan Pak Misdi di tengah derasnya hujan Bulan Oktober yang datang tiba-tiba. Mengobrol santai, Kami duduk di atas kursi plastik di depan kamarnya. Perawakan Pak Misdi tidak tinggi dan badannya kurus. Matanya terlihat Lelah tapi ada sorot wibawa di dalamnya. Beliau bercerita kalau sudah banyak mercusuar yang dijaganya. Kali ini beliau bekerja di Pulau Lengkuas dengan satu rekannya dan dua orang pekerja bantuan.

18 lantai dinaiki tiap malamnya untuk menyalakan lampu mercusuar, tak peduli cuacanya seperti apa. Berjalan di tangga yang cukup menguras tenaga dijalankannya dengan hati ikhlas. Karena beliau menyukai pekerjaanya selama 32 tahun ini.

Tidak hanya itu Pak Misdi dan rekannya juga harus menjaga mercusuar yang dibangun pada zaman Belanda ini supaya tetap berfungsi dengan baik dan Aman. Soalnya ini kan asset negara juga, dan keberadaannya sangatlah penting.

Pak Misdi bertugas selama 9 bulan dalam setahun di Pulau Lengkuas. Sebuah kemewahan baginya untuk pergi ke Kota apalagi berjumpa dengan keluarga. Tidak masalah baginya karena sudah terbiasa. Untung sekarang sudah ada teknologi smartphone, jadi komunikasi bersama keluarga terjalin jauh lebih baik dibandingkan dekade sebelumnya.  

Salut dengan tekad dan dedikasi Pak Misdi menjalankan tugasnya di pulau. Bekerja keras jauh dari mana-mana karena tinggal di pulau. 2 tahun lagi beliau pensiun. Tapi Saya lihat  semangatnya masih membara.

Mercusuar Pulau Lengkuas dibangun Belanda pada tahun 1880 , dan mulai beroperasi sejak tahun 1882. Tingginya 57 meter sampai ke puncak, dimana ada 18 tingkat dengan 300 anak tangga.

Mercusuar Lengkuas ini adalah sarana bantu navigasi pelayaran , bukan khusus untuk wisatawan, maka hanya diperbolehkan naik sampai lantai 3 dengan pendampingan petugas. Demi keselamatan semuanya, karena bangunannya sudah tua. Apalagi ada tangganya yang sudah lepas. Tapi kita bisa mengambil foto dengan latar belakang Mercusuar ini, dan di sekitarnya Kita bisa menikmati pulau yang cantik dan bisa juga snorkeling di sekitar pulau ini.

Transmate Journey hari ini terasa amat bermakna karena berjumpa sosok inspiratif seperti Pak Misdi dan rekannya. Apalagi perjalanan pulang dihias matahari terbenam berwarna jingga hingga Tanjung Kelayang.

Terminal Penumpang Laskar Pelangi

Perjalanan #TransmateJourney diteruskan ke Pelabuhan Tanjung Pandan, tepatnya ke Terminal Penumpang Laskar Pelangi. Kalau mau menyebrang ke Pulau Bangka,  kita bisa menumpang Kapal Express Bahari. Harga Tiketnya Rp. 202.000 untuk kelas ekonomi & Rp. 230.000 untuk kelas VIP. Dengan fasilitas TV, Toilet, AC dan berlaku seat distancing selama pandemi ini.

Di Terminal Penumpang ini juga diberlakukan protokol kesehatan dengan baik. Penumpang harus sehat saat akan naik Kapal.

Sama seperti akan naik pesawat, persyaratannya harus  memperlihatkan hasil rapid test ( apabila belum punya bisa test disini seharga Rp. 140.000) , pemeriksaan suhu tubuh, dan juga mengisi kartu kesehatan dan wajib memakai masker.

Alur penumpang juga cukup jelas, dan orang-orang menjaga jarak. Bangku warna warni tempat menunggu pun ada tanda X nya untuk Physical Distancing.untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Memasuki Kapal Express Bahari, Saya juga melihat berlaku seat distancing dan para penumpang dan awaknya wajib memakai masker.

Kapalnya Panjang dan bagus dan terawat dengan baik. Di saat pandemi seperti ini volume penumpang tidak sepadat waktu normal.

Pelabuhan Tanjung Pandan letaknya masih dalam kota & juga cukup dekat ke terminal Damri.

Wisata Di Pulau Penyabong , Teluk Gembira dan Batu Baginde

Belitung memiliki banyak pantai indah dengan ciri khas batu-batu besar yang jarang dijumpai di tempat lain. Salah satunya adalah Pantai Pulau Penyabong yang batunya menjulur sampai ke laut. Indah sekali. Kita bisa berjalan dia atas bebatuan memandang lepas ke laut.

Ada pula Pantai Tanjung Gembira yang pas sekali untuk keluarga, pantainya landai dan ada restaurant tempat istirahat dan makan. Ada juga aneka permainan yang cocok untuk anak-anak.

Kedua pantai tersebut sangat sepi karena jumlah wisatawan yang menurun drastis. Bahkan di Pantai Pulau Penyabong pos jaga tiketnya tidak ada orangnya.

Salah satu batu ternama di Pulau Belitung adalah Batu Baginda. Sebuah batu tinggi besar menjulang di tengah hijaunya pepohonan. Naik ke atas batu ini lumayan penuh perjuangan dan harus menaiki batu dengan tekstur kasar. Pemandangan dari atas indah sekali.

TransmateJourney ke Pelabuhan Tanjung Ru

Transmate Journey Belitung dilanjutkan ke Tanjung Ru. Disini ada sebuah Pelabuhan Penyebrangan yang penting di Belitung, dimana penumpang bisa menyebrang ke Pelabuhan Sadai Bangka Selatan.

Lho kenapa nggak naik dari Tanjung Pandan ? Karena Pelabuhan Sadai letaknya ada di Bangka Selatan, lebih dekat dibandingkan harus ke Pangkal Pinang yang membutuhkan perjalanan berjam-jam. Jadi berangkat dari Tanjung Ru adalah pilihan yang masuk akal.

Salah satu Kapal yang beroperasi adalah KMP Gorare, Kapal Roro yang bisa menampung 80 orang penumpang dan 14 buah kendaraan. Kapalnya sudah cukup tua karena dibuat dari tahun 1991, tapi cukup baik kondisinya karena perawatannya bagus.

Kalau mau berangkat ke Pelabuhan Sadai, Keberangkatan Ferry ini ada dua kali dalam seminggu. Tepatnya setiap Selasa pukul 17.00 & Sabtu pukul 17.00.

Harga Tiket untuk Penumpang Dewasa Rp. 95.000 , sementara penumpang Anak-Anak Rp. 65.000.

Fasilitas di atas kapal cukup memadai dengan adanya toilet, musholla, cafe, dan peralatan keselamatan. Perjalanan selama 10-12 jam tergantung cuaca bisa dilalui dengan lebih nyaman.

Selama pandemi protokol kesehatan dilaksanakan, menurut Nahkoda Gorare, Pak Bambang. Penumpang harus mencuci tangan, menggunakan masker, dan berusaha menjaga jarak selama di perjalanan.

Kami pun sempat melihat anjungan KMP Gorare, dimana Kami bisa sedikit mengintip keseharian Pak Bambang dan awaknya. Beliau cerita kalau kadang berhari-hari tidak pulang ke rumah, bisa sampai seminggu saat menjalankan tugas. Tapi karena sudah menjadi tanggung jawabnya, beliau dan awak lainnya menjalankan pekerjaanya dengan sepenuh hati.

Pelabuhan Tanjung Ru sendiri pemandangannya cantik, sejauh mata memandang lautan tenang dan biru. Karena tidak banyak bangunan, Kita bisa melihat jauh ke cakrawala.

Selain untuk menyebrang ke Pelabuhan Sadai, Pelabuhan ini juga menjadi gerbang wisata ke berbagai destinasi wisata lain seperti Pulau Leebong, Pulau Rengit, dll. Tapi menggunakan kapal kecil saja.

Pelabuhan Tanjung Ru juga menjadi Salah satu penggerak ekonomi Belitung karena menjadi pelabuhan logistik & hasil bumi. Saya melihat beberapa kala lain sedang melakukan bongkar muat disana.

Menarik juga Transmate Journey ke Tanjung RU kali ini, selain bisa tahu lebih banyak soal penyeberangan kapal, Kami juga bisa melihat keseharian nahkoda dan awak kapal yang bekerja sepenuh hati demi mengantarkan Kita, para penumpang ke tujuan dengan selamat.

Wisata Laskar Pelangi

Tidak sah rasanya ke Belitung tidak mampir ke Wisata Laskar Pelangi. Jejak film Laskar Pelangi yang membekas di hati banyak orang Indonesia. Kami mengunjungi replika SD Muhamadiyah Gantong tempat Bu Mus mengajar Lintang dkk nya.

Sekolahnya mirip sekali seperti di film, berada di bukit pasir putih kecil , terbuat dari kayu reyot.

Sayangnya selama pandemic, Museum Kata Andrea Hirata, tidak bisa dikunjungi karena pengelola menutupnya sementara waktu.

Kalau mau ke wilayah sini bisa juga menaiki Bus Damri Perintis dari Tanjung Pandan ke Terminal Manggar dengan tiket seharga Rp. 15.000,-

Sebagai satu-satunya transportasi publik darat, Peran Damri di Belitung amatlah penting.

Selama disana Saya tidak menemukan Angkutan Umum lain. Kendaraan online ada. Tapi yang bisa seperti Damri belum ada. Kehadiran Damri KSPN membawa angin segar bagi pariwisata di Belitung.

Dengan segala kemudahannya, harga yang kompetitif, wisatawan bisa menjelajah Belitung dengan lebih mudah.

Kembali Ke Tasikmalaya

Akhirnya waktu pulang pun tiba. Rasanya belum mau pulang, tapi tak bisa tinggal lebih lama.

Di Bandara Hanandjudin protokolnya sama seperti di Bandara Soekarno Hatta. Ada pemeriksaan suhu tubuh, menjaga jarak dan ada validasi Rapid Test sebelum check in. Semua berjalan dengan tertib.

Kalau mau rapid test disini juga tersedia. Banyak sekali pengumuman soal himbauan traveling dengan Aman.

Salah satu yang membantu adalah petunjuk pengisian E-HAC seperti ini.

Kali ini Saya dan Rafika terbang ke Jakarta menggunakan Garuda. Sistem boardingnya juga menggunakan pemanggilan berdasarkan tempat duduk, jadi lebih tertib. Di dalam kabin pun tidak semua tempat duduk terisi dalam rangka seat distancing.

Walaupun tetap harus memakai masker selama penerbangan, tersedia HEPA Filter pada pesawat yang memastikan udara dalam kabin tetap bagus karena aliran udaranya tersaring 2-3 menit sekali sekaligus menghilangkan bakteri dan virus.

Jadi lebih tenang, walaupun masker tetap dipakai selama perjalanan.

54 menit kemudian Kami mendarat mulus di Terminal 3 Soekarno Hatta. Proses keluar pesawat teratur sesuai nomer tempat duduk.

Sebelum mengambil bagasi ada pemeriksaan kartu Kesehatan, untung Saya sudah mendownload aplikasi EHAC , sehingga proses pemeriksaan lebih cepat , tinggal di scan.

Antrian berjalan dengan tertib, sesekali petugas mengingatkan untuk menjaga jarak.

Satu hal yang menarik adalah di bagian pengambilan bagasi ada titik disinfeksi dimana barang-barang bawaan disinari dengan Sinar Ultra Violet supaya bersih.

Berpisah dengan Rafika , Saya bergegas ke halte shuttle bus menuju kereta bandara. Karena sementara Kereta Api Layang Bandara tidak dioperasikan, otomatis harus naik shuttle bus.

Tak lama dijemput shuttle bus menuju Stasiun Bandara, Saya cukup kaget juga karena Sayalah satu-satunya penumpang di atas Bus. Kata supirnya memang sedang sepi.

Sesampainya di Stasiun Saya segera membeli tiket di mesin penjualan tiket, lalu boarding kereta bandara terakhir ke  Stasiun Manggarai.

Kereta Bandara menurut Saya keren banget. Dengan Tiket Rp. 70.000, Kita bisa naik kereta premium bebas macet menuju Kota Jakarta. Di dalamnya bersih dan modern. Ada plastic mika yang memisahkan antara penumpang supaya lebih aman dari penyebaran virus. Penumpangpun kurang banyak mala itu.

Perjalanan terasa nyaman dan cepat menggunakan Kereta Bandara ini. Tak terasa sudah sampai Stasiun Manggarai, dimana Saya akhirnya berjumpa dengan Kereta Commuter Line yang mengantarkan jutaan penumpang setiap harinya di Kawasan Jabodetabek.

Perjalanan pulang ke Tasikmalaya dilanjutkan dengan Kereta Api Serayu Pagi. Protokolnya tetap sama, pakai masker, harus punya rapid test, pakai baju lengan Panjang, selalu pakai face shield yang diberikan secara gratis dan menjaga jarak selama perjalanan.  

Alhamdulillah lancar sekali Transmate Journey ke Tanjung Kelayang Belitung yang merupakan salah satu KSPN ( Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Perjalanan dengan berbagai macam moda transportasi berhasil Saya jalankan dengan baik.

Sektor pariwisata yang terpuruk karena pandemic secara perlahan menggeliat dan mulai memberi energi baru perekonomian daerah.

Selain mengikuti peraturan yang ada, Kita sendiri harus mawas diri dan selalu berusaha menjaga Kesehatan , melakukan Gerakan 3 M dan melakukan perjalanan secara aman dan bertanggungjawab.

Pastikan Kita dalam keadaan sehat saat bepergian dan periksakan Kesehatan kita pada ahlinya. Dan selalu ikuti arahan petugas dan peraturan pemerintah dalam menjaga kesehatan dan keamanan bertransportasi.

18 comments

  1. Ini blog terpanjang yang kubaca minggu ini.More than 20 minutes..hahah
    Seru banget sik kak, akhirnya bisa jalan-jalan lagi setelah ‘mendem’ 8 bulan di rumah saja akibat pandemi. Tujuannya pun ciamik, Tanjung Kelayang.

    Aduh sayang banget itu Museum Kata Andrea Hirata ditutup sementara yak…

  2. Baca perjalanan tripnya ke tanjung Kelayang Belitung ini asyik sekali ditambah dengan sugahan video. Semakin menarik. Lewat postingan ini juga saya jadi dapat gambaran mengenai perjalanan di masa sekarang yang benar-benar new normal banget ya. Harus bisa membiasakan diri dengan protokol kesehatan yang ada.

  3. ya ampun kak seru banget sih liburan ke tanjung kelayang belitungnya
    sejujurnya aku lama banget nggak nulis tentang liburan
    sampai aku rinduuuu rindu sekali menulis serunya liburan. pada dasarny menulis memang karena hobby sih. jadi kadang karena nggak jalan-jalan ya stuck 🙁
    dan aku langsung mupeng pengen ke belitung. izin bookmark ya kang arif. mau halan-halan ke Belitung aku tuh :(((

  4. Waaaah jadi kangen jalan-jalan ke Belitung. Island Hopping berkesan bangeeet. Kami ke sana akhir tahun 2019. Tapi masih pengen ke sana lagi.

    Waah asyik.ya sekarang ada Damri. Harganya pun terjangkau cuma 45 ribu rupiah aja.

  5. Aku bangga lho jadi bagian dalam tim Transmate Journey, bisa berbagi info yang dibutuhkan banyak orang tentang transportasi. Btw, Belitung lagi cerah-cerahnya ya kang, cantik banget. Sukaaa sama pantai-pantainyaaa.

  6. Wah ternyata Belitung nggak cuma Laskar Pelangi & mercusuar di Pulau Lengkuas aja ya. Ada Batu Baginde & pulau Ru yg baru kudengar sekarang.

    Transportasi umum di Belitung sendiri sudah lebih baik, ada Damri yg menghubungkan satu spot wisata ke spot lain. Aku pun perhatikan transportasi umum di Belitung terbatas sekali. Damri memang membantu masyarakat & kaum pejalan utk saling terhubung.

  7. Acung jempol banget pada pemerintah Belitung dalam menghidupkan kembali wisatanya dalam huru-hara covid ini. Dengan bus Damri ini, yang punya waktu singkat explore Belitung bisa sangat terbantu. Apa lagi ongkirnya terjangakau, 45.000, bisa foto-foto di destinasi-destinasi terkenal di Belitung. Cakep!

  8. Wah sudah lama gak baca tulisan traveling. Akhirnya bisa baca juga di sini. Seru juga ya perjalanannya sampai menjejak di sekolah Laskar Pelangi .Jadi tahu juga kondisi bepergian di masa pandemi. Benar-benar new normal banget yah.

  9. Asyik bisa mampir ke Bleitung. Aku kangen juga tuh sama jeruk kuncinya.
    Waktu ke sana, berarti nggak cobain makan Bedulang ya?

    Aku belum sempat naik ek Batu Baginde nih. Pengen balik lagi ke sana dan naik ke atasnya deh.

    Setuju soal naik turun pesawat yang mekanismenya bisa dilakukan dalam keadaan normal sekalipun. Kesel kadang liat orang yang buru-buru banget pengen turun. Senengnya lagi, pas pandemi gini, nggak berlu rebutan kompartemen karena jadi lebih lega dengan tidak ramainya penumpang.

  10. OMG. Perjalanan mas menyengkan sekali. Duh kapan ya aku bisa wisata ke BB juga. Bagussss banget. Btw ttg perjalanan saat pandemi. Aku mengalaminya. Jd agak ribet, tp untungnya waktu itu bandara sepi jd aku nyaman dan aman.

    Stay safe ya masss.

  11. Oooooh, jadi kalau saat pandemi ini naik pesawat dipanggil nama berdasarkan urutan nomor kursi yach kang? Ngangguk2 deh hehehe. Iya udah 8 bulan dikerangkeng di rumah pasti sumpek deh. Jalan2 ke Belitung nyenengin banget. Kiuliner mie nya nyam3x 🙂 Itu naik DAMRI gratis ya kita unduh dulu aplikasinya di HP, jadi kepo nih. Enak banget, mau jalan2 kayak Kang AIp ah kapan2.

  12. Seruuuuu bangettttt :). Jd pengen deh ikut acaranya mas :D.

    Walopun aku udh pernah ke Belitung, tapi tetep aja msh kepengin kesana. Makanan Belitung trutama yg seafood, ngangenin!! Tapi aku ga doyan mie Atep :p. Itu mie diksh sambel sebanyak apapun kenapa ttp aja maniiiiis wkwkwkwkwkw. Tp jeruk kunci sumpah enaaak bgt.

    Baru liat bagian dalam mercusuarnya ternyata begitu ya mas. Pas kesana aku ga naik, cm liat dr jauh. Rata2 tempat wisata yg kalian dtgin , aku jg kesana. Tp bbrp pantainya ga sih. Hanya yg terkenal. Waktu nya terbatas bgt waktu itu

  13. Wah, ini artikel pertama tentang travelling pasca pandemi yang aku lahap.
    Jadi sedikit banyak dapat gambaran suasana destinasi saat pandemi.
    Jadi tahu juga tentang e-HAC.

    Btw, on the way,
    Bangka Belitung, my next bucket list!
    Sudah gatal pengen coba es Jeruk Kunci, Mi Belitung Atep, melebur bareng batu-batu gaban, endebrai, endebrai,

    See you soon, Belitung!

  14. Pemaparannya lengkap sekali dan detail serasa saya ikut jalan bersama. Dua jenis kendaraan umum yang paling saya rindukan saat ini adalah kereta api dan pesawat. Hampir setahun tak menggunakan kendaraan itu, dan baca ini maka kerinduan itu semakin menggemuruh

  15. Ini dia tulisan yang saya tunggu2 serelah nonton videonya.
    Saya jatuh cinta sama Belitung setelah nonton film Laskar Pelangi, jadi pengen deh main di pantai yang banyak batu2 gedenya itu, pengen lihat replika sekolah SD Muhammadiyah, pengen baca2 buku di Museum Kata Andrea Hirata.
    Etapi, nuseumnya tutup selama pandemi ya? Semoga segera dibuka lagi lah…

Tak komentar maka tak sayang. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf, tidak menerima komentar dengan active link. Terima kasih sudah berkunjung

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.