Hello TemenAip ! Apa kabar ? Maaf udah lama ga update , karena akhirnya dalam rumah tangga Kami Akhirnya Kebagian Covid Juga !! Mana ceritanya drama banget, mau Saya share disini buat pengalaman banyak orang. Tapi kesel juga sih, setelah 2,5 tahun melakukan berbagai cara supaya aman, akhirnya kebobolan juga.

Aiptrip Ke Tasikmalaya

Jadi ceritanya berawal saat Saya, Ayah dan Ibu berangkat ke Tasikmalaya untuk mengurus beberapa keperluan disana. Ketemu keluarga juga nggak karena menjaga menjaga prokes. Dan Kami menginap di rumah yang biasanya kosong tapi memang ada ART yang seminggu sekali datang membersihkan. Walaupun begitu Kami sempat datang ke Pasar Cikurubuk untuk membeli barang keperluan.

Semuanya berjalan biasa saja, pakai maskerm jaga jarak, semprot-semprot desinfektan dan pakai handsanitizer dan semua yang biasa dilakukan selama pandemi.

Berita Buruk

Sepulangnya ke Bandung, Bapak Saya yang memang komorbid mengeluh dadanya sakit. Lalu pada tanggal 15 Maret 2022 kami bawa ke klinik jantung di daerah buah batu untuk diperiksa. Tapi sesampainya disana beliau ternyata mengalami demam sampai 38 derajat celcius dan juga batuk-batuk. Kami diminta melakukan swab antigen dulu untuk memastikan.

Akhirnya dilakukan Swab Antigen di salah satu penyedia tes covid di daerah Malabar. Bapak Saya ternyata positif Covid, sementara Saya negatif. Apa yang harus dilakukan selanjutnya ? Karena Aplikasi Pedulilindungi beliau langsung berubah menjadi hitam menandakan positif covid dan harus Isoman.

Isoman Part 1

Dari aplikasi Pedulilindungi disarankan konsultasi online dengan dokter di aplikasi , Saya memilih Halodoc, pilihannya ada Alodokter, Prosehat , KlikDokter dan banyak lagi. Biayanya gratis, tinggal memasukan voucher yang ada, Kita bisa mendapatkan pelayanan dengan cepat.

Setelah konsultasi dengan salah satu dokter, ditanya soal riwayat kesehatan Bapak Saya, akhirnya disarankan untuk menjalani Isoman di rumah saja dan diresepkan obat anti virus, vitamin, obat radang. Semua dikirimkan dalam waktu 8 jam dari salah satu apotik di Bandung. Dan Kami tidak ada mengeluarkan biaya sepeserpun, semua ditanggung Kementerian Kesehatan. Sistemnya berjalan dengan baik TemenAip !

Bapak Saya menghuni kamar utama sendirian, Ibu di kamar tamu, sementara saya memilih tidur di ruang tamu. Kehidupan Isoman ternyata cukup membosankan ya. Saya yang negatif juga ikutan Isoman karena kontak erat, ini akibat Saya yang melayani segala kebutuhan Bapak selama sakit. Ibu Saya karena ada komorbid juga dijauhkan takut ketularan.

Karena tidak kemana-mana Saya selalu belanja online, makananpun dikirim via ojol supaya praktis walaupun lama-lama berasa juga ada kenaikan bujet. Tapi gak apa-apa, namanya juga darurat. Tapi Saya sempet ke ATM sih untuk mengisi saldo juga untuk mengambil cash, dengan prokes lebih ketat dibanding biasanya.

Kami tidak menerima tamu dan apesnya keluarga di Bandung, Majalaya, Depok, Tasikmalaya, Jakarta sedang pada Isoman juga karena ternfeksi Omicron. Entah kenapa bisa barengan gitu. Tapi rata-rata kena gejala ringan atau tidak bergejala sama sekali tapi positif saat test.

Sayapun sempat memanggil perawat untuk check kondisi Ayah Saya pada hari kedua Isoman, dan dia bilang kondisinya baik sekali. Suhu normal, saturasi udara dalam darah bagus 95%, tekanan darah baik dan ideal. Jadi tenang deh. Tinggal jalanin isoman terus deh. Apalagi varian Omicron yang lagi populer saat ini masa isomannya lebih cepat dari varian lain kan.

Namun drama medis ternyata berlanjut TemenAip !

Mendadak Kritis

Jadi pada tanggal 23 Maret 2022, Saya perhatikan Bapak Saya kok kelihatannya lemes ya, kesadarannya pun tidak seperti biasa. Dan sudah 2 hari makanan beliau tidak habis. Lalu Saya cek saturasi udaranya. Ternyata 88% saja ! Rendah sekali. Jadi menurut perawat yang Kami panggil, kalau saturasi udara dibawah 90% sebaiknya segera dibawa ke Rumah Sakit saja.

Kamipun kalang kabut. Saya lalu cek di aplikasi Pedulilindungi Rumah Sakit mana saja yang jadi rujukan covid. Ada Rumah Sakit Hasan Sadikin, RS Salamun, RS Sartika Asih, dan beberapa RS lain. Akhirnya Saya memutuskan menelpon Sartika Asih karena paling dekat dengan rumah. Berbicara dengan dokter Septi, beliau menyarankan agar segera dibawa ke IGD untuk ditindak lanjuti.

Sementara itu Saya memasangkan oksigen dari tabung yang ada di rumah, Kebetulan di rumah ada. Saturasinya naik ke 92. Tapi kalau dicopot lagi turun lagi ke 88.

Berangkatlah kami ke UGD Sartika Asih. Kondisi kesadaran Bapak Saya makin menurun dan ngomongnya semakin melantur. Oksigen terus dipasang di mobil.

Sampai disana ternyata UGDnya berbeda dengan UGD biasa. Diarahkan ke UGD Pinere khusus Covid dan langsung dibaringkan di bed pasien sambil dilakukan berbagai pemeriksaan mulai dari suhu, PCR, lalu beberapa pemeriksaan laboratorium lain.

Dan yang bikin tegang, pas sampai UGD oksigen di tabung kami habis. untung segera dibawa ke UGD jadi bisa nyambung ke oksigen Rumah Sakit.

Hasil lab mengatakan gula darah Bapak Saya 487, jauh dari angka normal, lalu ada sedikit infeksi ginjal, PCR baru keluar besoknya, tapi diputuskan untuk masuk ICU khusus Covid malam itu juga. Sayapun harus menandatangani aneka macam surat yang intinya menyetujui dan menyerahkan segala tindakan sesuai protokol Covid selama beliau dirawat disana.

Nah karena di ICU Covid, Saya tidak bisa menunggu, karena ruangannya ekstra steril dan perawatpun masuk memakai APD.

Berita Mengejutkan

Kesokan harinya Saya bertemu dokter Rani yang menangani Bapak Saya. Orangnya tegas, berumur sekitar 40an , dan tidak berbasa basi. Saya dibawa ke ruangan untuk mengetahui apa yang terjadi.

Beliau bilang kalau dari semua hasil laboratorium kalau Bapak Saya kena Covid variasi DELTA ! Lho masih ada ya ? Kirain Omicron ?

Dokter Rani bilang sudah terjadi badai sitokin yang membuat semua fungsi organ tubuh kacau. Dan pemeriksaan rontgen memperlihatkan ada banyak bercak putih di paru-paru Bapak Saya.

Dan memasuki minggu kedua infeksi ini adalah masa paling kritis karena komorbidnya beliau. Mereka akan melakukan berbagai perawatan mulai dari obat anti virus, antibiotik dan juga insulin untuk menurunkan kadar gula darahnya.

Terkejut sekali mendengarnya. Yang bisa dilakukan hanya menunggu dan berdoa saja.

Komunikasi bisa dilakukan via Smartphone karena Bapak dibolehkan membawanya. tapi tidak setiap saat aktif. Untuk update kondisi beliau Saya menggunakan whatsapp dengan perawat. Jadi setiap ganti shift, Saya selalu meminta nomer perawat yang bertugas kala itu. Cukup responsif kok, kalau pun kadang lama menjawab Saya masih maklum kerjaan mereka banyak.

Alhamdulillahnya grafiknya membaik terus. Mungkin elain karena perawatan dokter, Bapak Saya termasuk orang yang kuat jiwa raganya. Kebayang ngedrop kan hidup di ICU dengan aneka macam alat monitir menempel. Untuk pipis memakai katerter dan BAB dengan popok dewasa.

Kadang suka khawatir kalau beliau tidak video call, apa karena tidak sadar apa gimana ? Tapi suster selalu update dengan gambar sih, jadi keliatan kondisinya terus.

Menunggu

Satu hal yang tidak terbayangkan sebelumnya adalah kejadian ini bisa terjadi pada keluarga Kami. Soalnya Saya ketat sekali menjalankan prokes terutama pada orang tua yang sudah lansia dan memiliki komorbid. Kami sampai merelokasi mereka ke Tasikmalaya menghindari wabah. Dan akhirnya ke rumah Kami di Bandung yang lingkungannya sepi.

menunggu di ICU Covid RS Sartika Asih

Tapi sudah nasibnya terjadi seperti ini, Kita tinggal menjalain. Menunggu pasien Covid ternyata membuat Saya merasa tidak berdaya. Tidak bisa ditengok, ditunggu saja tidak boleh. paling cuman bisa update kondisi dan akhirnya berdoa.

Pencerahan

Setelah 5 hari yang melelahkan, akhirnya Saya dipanggil bertemu dengan dokter. Diberitahu kalau kondisi Bapak sudah melewati masa kritis. Semua fungsi organ membaik. Walaupun hasil PCR nya masih positif tapi dinyatakan boleh keluar ICU. Dan boleh pindah ruangan untuk Isoman. Tapi ada pilihan isoman di rumah. Saya langsung minta isoman di rumah. Karena beberapa hari terakhir Bapak Saya minta pulang terus.

Besoknya akhirnya diperbolehkan pulang. Saya jemput dengan Paman Saya, Bapak Saya sangat bersemangat sampai tidak mau duduk di kursi roda dan berjalan ke parkiran. Senang sekali beliau bisa pulang ke rumah walau harus isoman lagi.

Pembiayaan Pasien Covid

Satu hal yang tidak saya khawatirkan dalam proses ini adalah pembiayaan. Sewaktu mendaftar di registrasi RS, Saya dijelaskan kalau semua pembiayaan saat positif Covid ditanggung oleh Kementerian Kesehatan, lalu setelah negatif akan beralih ke BPJS. Dan memang Kami hanya memakai asuransi BPJS tidak memakai yang lain yang swasta seperti Prudential ataupun AIA atau Manulife.

Saya tinggal mengumpulkan persyaratan seperti Kartu BPJS, Fotokopi KTP, dan surat tidak bisa Isoman yang diproses di Puskesmas terdekat. Semua berjalan dengan lancar tanpa kendala.

Waktu Bapak pulang pun semua surat-surat sudah diurus, obat sudah disediakan, Kami tinggal pulang lenggang kangkung.

Beneran kaget sekaligus bahagia karena kalau biaya sendiri ga kebayang berapa tuh ? Biaya UGD, ICU, obat-obatan, dokter dan banyak lagi. Memang ada pembiayaan lain seperti membeli pampers, kayuputih dll, tapi gak begitu berasa lah.

Tapi intinya semua sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak yang kerja di bagian administrasi dan juga perawat di UGD pas Saya tanyakan saat masuk dulu.

Drama Belum Usai

OK, menurut perawat sebaiknya PCR lagi setelah 10 hari pulang dari Rumah Sakit. Tapi karena penasaran akhirnya PCR mandiri di salah satu tempat penyedia tes covid di Bandung. Hasilnya masih positif. Sementara hasil test Saya negatif.

Kondisi ini bikin drop juga sempat malas makan, tapi ketika disemangati akhirnya mau makan juga. Dan akhirnya setelah 10 hari, dilakukan PCR Test lagi dan akhirnya negatif. Alhamdulillah. Bapak Sayapun makin semangat sehat dan lalu minta ke Jakarta buat ketemu cucu-cucunya

Covid Masih Ada

Dari kejadian ini Saya menghimbau TemenAip untuk selalu waspada menjalankan protokol kesehatan. Kebiasaan baik selama 2 tahun lebih selama ini Kita lanjutkan terus. Karena Covid masih ada walaupun jumlahnya melandai. Varian Delta masih berbahaya terutama bagi lansia dengan komorbidnya.

Dan segera komplitkan vaksinnya. Salah satu faktor Bapak Saya lebih kuat karena vaksinnya sudah dua kali, tinggal menunggu booster. Saya sudah tiga kali dan alhamdulillah sampai saat ini belum positif, amit-amit. Tapi minimal perlindungan tubuh saya lebih baik. Cerita Saya divaksin bisa dibaca di

Jaga selalu imunitas dan juga kondisi tubuh supaya selalu fit dan sehat.

Dalam tulisan ini juga Saya ingin menghaturkan Terima kasih kepada Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Sartika Asih beserta para dokter & perawatnya , juga semua teman dan handai taulan yang sudah membantu , mendoakan dari Jakarta sampai Banjarmasin bahkan Madinah.

Tetap Sehat dan semangat ya TemenAip!

19 comments

  1. Wah kalau masih positif gitu boleh pulang ya dari rumah sakit dan melakukan isoman dirumah, kirain dirumah sakit sampai bener-bener negatif dan baru tau banget nih kalau pembiayaan didanai oleh pemerintahan kesehatan saat masih positif. Apakah ini untuk semua rumah sakit atau rumah sakit tertentu dibeberapa daerah?

    1. Ya Allah Kang Aip deg-degan bacanya, ternyata Bapak kena delta ya yang lebih berat..bapak ibuku pulang dari Makassar kena omi padahal ada komorbid Alhamdulillah sudah sehat huhu..

  2. Woah akhirnya bapak Bang Arip sudah kembali pulih ya.. Bersyukur kalau gitu, ternyata diingatkan dengan cara yg baik sama yg di atas ya Bg.. Semoga kita sehat2 selalu, aamiin

  3. I feel you mas, saat orang tua yg komorbid terkena ini, paniknya pasti yang gimana2. Syukurnya ayah udh sempet vaksin yaaa.

    Mertuaku pas kena, masih varian Alfa, awal2 COVID dulu, dan vaksin blm ada samsekali. Jadi mama ga bisa bertahan. Ditambah ada gula dan jantung .Cepet banget cm 5 hari dan langsung meninggal.

    Kalo udh ngerasain sendiri ada kluarga yg terkena, biasanya kita jadi lebih aware dan wasapada. Sampai skr aku blm mau buka masker tiap kluar dan msh trus selalu mandi abis kluar drmanapun juga rutin suplemen . Semua demi sehat pastinya.

    1. Terimakasih kak Aiep, kak Fan…sudah berbagi.
      Ini meningkatkan awareness kita semua untuk terus tetap menjaga keluarga, lingkungan dan semua yang ada di sekitar kita.
      Kalau sudah maksimal usahanya, berdoa dan semoga tidak ada yang sakit terkena virus lagi.
      Dan pandemi bener-bener segera berakhir.

  4. Ya Allah, Allah Maha Kuasa, kak Aiep.
    Dengan segala ujianNya, akhirnya Ayahanda bisa melewati masa-masa yang berat ini yaa.. Kasus DELTA, OMI, dan varian virus lainnya, harus tetap diwaspadai.
    Jangan sampai abai dengan prokes atau yang paling menyebalkan adalah sudah menganggap pademi berakhir sehingga gak melindungi diri dengan masker.

    HUhuu..
    Sehat terus untuk Ayahanda, Ibunda dan keluarga juga kak Aiep.
    Siap menanti postingan travelling kak Aiep lagi.

  5. ya ampun bang aip.. alhamdulillah ya sekarang sudah sembuh mas aip dan bapaknya. beneran deg-degan memang ya, padahal kita sudah melakukan protokol dgn baik. Ak malah di belanda nih suka degdegan karena semingguan ini suami abis ketemu sama teman yg kena covid, alhamdulillah nggak kenapa kenapa sampe sekarang. kondisi free mask bikin galau banget sih

  6. MashaAllah, ikut berdebar-debar membaca kisahnya.

    Alhamdulillah, endingnya, bapak mas Arief sehat kembali dan semua kembali negatif Covid.

    Selamat berkumpul kembali bersama keluarga.

  7. Alhamdulillah, turut senang bapaknya Kang Aip sudah kembali sehat. Memang ya si virus ini tak terduga, walau sudah menjaga protokol kesehatan tetap saja bisa kebobolan. Tapi ya yang terpenting sekarang sudah kembali pulih. Terima kasih ceritanya Kang Aip. Dan stay safe untuk kita semuanya.

  8. Alhamdulillah sudah kembali normal ya Kang Aip dan keluarga, semoga selalu dalam keadaan sehat2 terus. Merasakan sendiri waktu sekeluarga kena delta di tahun lalu selain badan nggak enak, perasaan cemas juga turut meliputi. Alhamdulillah pengobatan dan opname juga ada fasilitas dr pemerintah ya Kang, senang juga pas baca sang ayah pulangnya semangat betul hihi.

    1. Pertama kali tahu istilah badai sitokin itu pas nonton drama Korea. Nggak tahunya, kini aku menemukannya di dalam nyata. Sehat-sehat ya, Kak. Aku dan keluarga masih tetap bertahan nggak keluar rumah kalau nggak penting-penting amat. Meski kini protokol perjalanan udah mulai longgar dan kami sekeluarga sudah vaksin lengkap. Tinggal vaksin booster aja yang belum. Masih nunggu antrian. Kata puskesmas dekat rumah nunggu kuota mencukupi dulu.

  9. untunglah semua berakhir dengan baik dan ayah kembali sehat. komorbid dan badai sitokin emang sangat menakutkan karena setiap orang bisa berbeda efek dan dampak yang ditunjukkan. Semoga kita semua selalu sehat dan tetep prokes!

  10. Terima kasih mas atas berbagi pengalamannya terkena covid yang dikira Omicron ternyata Delta.
    Perbedaan mencolok ketika seseorang terkena omicron dan delta adalah gejalanya dan efeknya. Jadi inget waktu saudara kena delta, itu sesak nafasnya duh nggak nahan. Kalau omicron itu rasanya hidung kemasukan air saat berenang. Bikin nggak nyaman.

    Stay safe semua.. semoga mudik tahun ini semua aman dan tidak ada lonjakan kasus baru karena sudah booster semua.

  11. Aku bacanya ikut degdegan dan jadi kayak napak tilas kejadian sama yang menimpa keluargaku di 2021 dulu mas Aip.
    Btw, aku kaget juga kenanya malah varian delta bukan omicron. Piuh. Tahu banget perasaan cemas saat orang tua kena covid, apalagi sampai menurun kesehatannya. Ah, semoga ke depan kita semua sehat ya.

Tinggalkan Balasan ke DawiahBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.